Hal tersebut dilaporkan oleh Dawn, yang mengutip laporan lembaga think tank Pakistan Institute for Peace Studies (PIPS) yang berjudul "Perspektif Afghanistan dan Pilihan Kebijakan Pakistan".
Dalam laporan tersebut peningkatan kematian sebesar 138 persen juga tercatat telah terjadi di Islamabad sejak catatan dimulai pada Agustus 2021 hingga April 2023.
"Khyber Pakhtunkhwa (KP) dan Balochistan menjadi wilayah yang menyaksikan dampak nyata pada situasi terorisme yang meningkat di mana jumlah serangan selama 21 bulan ini telah melonjak masing-masing sebesar 92 persen dan 81 persen," lapor lembaga think tank itu, seperti dikutip dari
ANI News, Kamis (1/6).
Menurut PIPS lebih lanjut, dua wilayah itu telah menjadi markas Tehreek-i-Taliban Pakistan (TTP) dan pemberontak nasionalis Baloch, yang secara aktif meluncurkan serangannya di wilayah tersebut setelah melihat keberhasilan Taliban mengambilalih Kabul, yang menambah tantangan keamanan tersendiri bagi pemerintah Pakistan.
“Berlarut-larut dalam jangka waktu yang lebih lama, lingkungan ketidakamanan, militansi, dan kekerasan seperti itu dapat menimbulkan ancaman serius bagi stabilitas keamanan, politik dan ekonomi,” tambah laporan itu.
Direktur PIPS Mohammad Amir Rana dalam penjelasannya menurutkan bahwa Pakistan harus memperluas opsi kebijakan dan kerangka kebijakannya, yang harus didasarkan pada inklusivitas dengan masukan dari semua pemangku kepentingan, terkait isu Afghanistan.
BERITA TERKAIT: