Perusahaan yang menjadi target kebanyakan adalah perusahaan yang memasok komponen yang dibutuhkan Rusia untuk memproduksi drone pengintai Orlan, termasuk perusahaan China.
Pemerintahan Biden mengumumkan peluncuran sanksi tersebut pada Jumat (19/5), termasuk menghentikan ekspor berbagai barang konsumen ke Rusia.
Barang-barang yang dimaksud adalah barang yang dapat digunakan untuk membantu militer Rusia, juga barang-barang yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti pengering pakaian, bajak salju, mesin pemerah susu, juga lensa kontak atau kacamata hitam.
Pengacara Washington Kevin Wolf, mantan pejabat departemen Perdagangan AS, mengatakan, AS menilai benda-benda itu dapat digunakan untuk mendukung mesin perang Moskow.
"Akan lebih mudah untuk mendeskripsikan barang-barang yang tidak dikontrol untuk diekspor ke Rusia," ujarnya, seperti dikutip dari
TASS.Perusahaan yang masuk daftar hitam adalah 69 entitas Rusia, satu entitas dari Armenia dan satu entitas dari Kyrgyzstan.
Mereka ditambahkan ke "Daftar Entitas" Departemen Perdagangan, terutama untuk mendukung sektor militer dan pertahanan Rusia, sehingga semakin sulit untuk mengirimkan barang apa pun kepada mereka.
"Perusahaan yang ditargetkan termasuk pabrik perbaikan pesawat dan produksi suku cadang, bubuk mesiu, pabrik traktor dan mobil, galangan kapal, dan pusat teknik di Rusia," Reuters melaporkan.
Tindakan tersebut adalah bagian dari putaran terakhir sanksi dan kontrol ekspor yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh Amerika Serikat dan koalisi 37 negara lain sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.
BERITA TERKAIT: