Banyak yang memandang popularitas Recep Tayip Erdogan mulai melemah. Pria berusia 69 tahun itu banyak dipersalahkan atas penanganan yang lamban saat gempat dahsyat yang melanda Turki pada Februari lalu. Ia juga dikritik atas krisis ekonomi yang melumpuhkan negaranya.
Erdogan telah memerintah Turki selama 20 tahun terakhir, yang menunjukkan ia telah lama berada di puncak politik Turki. Ia pernah menjabat sebagai perdana menteri dan kemudian sebagai presiden. Sekarang, ia berharap bisa memperpanjang kekuasaannya, meraih jabatan presiden ketiga berturut-turut dalam pemilihan mendatang.
Beberapa pengamat meragukan ia akan tetap berada di kursi presiden. Dikutip dari
Reuters, penantang Erdogan, Kemal Kilicdaroglu, telah bersumpah untuk membatalkan banyak perubahan yang telah dilakukan Erdogan di Turki, yang telah ia upayakan untuk membentuk visinya tentang masyarakat yang saleh, konservatif, dan pemain regional yang tegas.
Kilicdaroglu, yang didukung oleh Partai Rakyat Demokratik (HDP) yang pro-Kurdi, bertekad akan membela hak-hak Kurdi dan menuduh Erdogan "memperlakukan jutaan orang Kurdi sebagai teroris".
Persaingan ketat Erdogan dan Kilicdaroglu juga terbaca dalam jajak pendapat. Kemungkinan pemungutan suara bisa berlanjut ke putaran kedua dan beberapa menunjukkan Erdogan tertinggal. Padahal, banyak yang telah Erdogan lakukan. Ia telah berupaya mendongkrak sejarah industri Turki dengan peluncuran mobil listrik pertama Turki dan peresmian kapal serbu amfibi pertama, yang dibangun di Istanbul untuk membawa drone buatan Turki.
Erdogan juga menyalakan saklar pada pengiriman gas alam pertama Turki dari cadangan Laut Hitam dan menjanjikan pasokan rumah tangga gratis. Ia juga meresmikan stasiun tenaga nuklir pertamanya dalam sebuah upacara yang dihadiri secara virtual oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.
Pembangunan di Turki juga melesat. Turki sekarang dipenuhi dengan rumah sakit dan saling terhubung dengan bandara dan jalan raya yang merangsang perdagangan. Semakin maju Turki dalam beberapa sektor, diimbangi dengan pemberdayakan perempuan konservatif. Erdogan juga mengijinkan mereka untuk tetap bercadar di sekolah dan di kantor pemerintahan.
Namun, jajak pendapat menunjukkan persaingan yang ketat, yang menurut para kritikus ini menggambarkan Turki tampak terpecah-pecah tentang apakah Erdogan telah melakukan lebih banyak kerugian daripada kebaikan di satu-satunya negara mayoritas Muslim dari blok pertahanan NATO itu.
Beberapa pejabat telah mengingatkan adanya upaya Barat untuk merusak kekuatan Turki melalui jajak pendapat.
Jika pemilihan berlanjut ke putaran kedua, maka Erdogan dan Kilicdaroglu kemungkinan akan berhadapan lagi pada 28 Mei.
BERITA TERKAIT: