Meski banyak dijatuhi sanksi, Rusia dinilai tetap mampu melancarkan invasinya ke Ukraina hingga satu tahun ke depan.
Laporan itu menunjukkan bagaimana sanksi yang diberikan AS, Uni Eropa, dan negara-negara sekutu seperti Jepang, nyatanya tidak memberikan efek yang serius.
"Namun terlepas dari efek terukur sanksi terhadap ekonomi Rusia, sanksi itu tetap tidak melumpuhkan perangnya di Ukraina," bunyi laporan yang bocor itu, seperti dimuat
The Jerusalem Post pada Kamis (27/4).
Untuk mempertahankan ekonominya di tengah perang, Rusia menempuh jalan lain seperti meningkatkan pajak perusahaan, dana kekayaan dan impor, serta membangun kemampuan adaptasi bisnis negara.
Dokumen tersebut tidak merujuk pada bagaimana cara Rusia mempertahankan amunisi perang yang dikabarkan semakin berkurang.
Kendati demikian, banyak laporan yang menyebut bahwa Rusia tengah berusaha mencari pemasok baru untuk kebutuhan militernya, setelah kehilangan banyak mitra Barat akibat perang Ukraina.
Rusia diisukan bekerjasama dengan Iran untuk memperoleh ribuan peluru artileri dan amunisi senjata kecil. Meskipun berita itu belum jelas kebenarannya karena terus dibantah Teheran.
Selain itu, Rusia juga diduga berusaha membeli ribuan peluru dari Mesir dan Korea Utara.
BERITA TERKAIT: