Menurut Kuasa Usaha Kedutaan Besar Iran, Mahdi Rounagh, sejak dua dekade lalu, krisis di kawasan tersebut telah mencapai titik kritisnya.
Untuk itu, salah satu faktor dari pemulihan hubungan dengan Arab Saudi ini juga didorong oleh perhatian kedua negara terhadap kondisi yang mengkhawatirkan di kawasan.
"Kami melihat krisis Timur Tengah sangat luar biasa, hingga kawasan itu tidak dapat membendung lagi krisis barunya, yang hanya akan menciptakan ketidakamanan," ujar Mahdi dalam acara buka bersama media di kediaman duta besar di kawasan Menteng, Jakarta Pusat pada Kamis (13/4).
"Untuk melepaskan kawasan dari persoalan dan krisisnya, kedua negara besar harus meningkatkan hubungan dengan lebih baik, dengan mengkolektifkan dan menciptakan keamanan bersama-sama," tambahnya.
Menurut Mahdi, dalam satu bulan ke depan, hubungan Teheran dan Riyadh secara resmi akan dimulai kembali. Dan kedua negara yang berpengaruh di Teluk Persia dan Timur Tengah itu telah bersiap untuk mengamankan kawasan tersebut.
Pulihnya hubungan ini, menurut Mahdi, akan membawa dampak positif untuk mengakhiri krisis yang terus berlarut-larut di kawasan tersebut, khususnya di Yaman dan Suriah.
Iran dan Arab Saudi sempat memutuskan hubungan sejak 2016 lalu. Akibat para pengunjuk rasa Iran menyerbu Kedutaan Arab Saudi di Teheran, setelah ulama Syiah terkemuka Iran, Sheikh Baqir al-Nimr, dieksekusi oleh Kerajaan Arab.
Namun berkat dijembatani China baru-baru ini, kedua negara itu telah setuju untuk memulihkan hubungannya kembali. Meski harus melewati 7 putaran pembicaraan selama dua tahun terakhir.
BERITA TERKAIT: