Hal tersebut diungkap Bank Dunia dalam laporannya berjudul
"Rapid Damage and Needs Assessment" yang dirilis pada Senin (20/3).
Bank Dunia merinci kebutuhan pemulihan dan rekonstruksi di enam wilayah, dengan 3,7 miliar dolar AS atau Rp 56 triliun di tahun pertama.
Sementara dua tahun berikutnya, kebutuhan akan lebih kecil dengan total 4,2 miliar dolar AS atau Rp 64 triliun.
Dana itu disebut Bank Dunia akan disalurkan pada beberapa sektor yang membutuhkan, seperti pertanian sebesar 27 persen, perumahan 18 persen, perlindungan sosial 16 persen, dan transportasi 12 persen.
Mengutip
Al Arabiya, Bank Dunia sebelumnya pernah mencatat kerugian fisik dan ekonomi akibat gempa Suriah pada 6 Februari dan 20 Februari, mencapai 5,2 miliar dolar AS atau Rp 79 triliun.
Gempa bumi diperkirakan mampu menyebabkan kontraksi PDB melebar 2,3 poin persentase menjadi 5,5 persen tahun 2023.
Kontraksi ini semakin membesar karena konflik yang berkelanjutan, kekurangan biji-bijian, harga energi yang tinggi, serta kelangkaan air yang membatasi hasil panen di Suriah.
BERITA TERKAIT: