Penembakan itu telah dikonfirmasi oleh Komite Sentral Dokter Sudan. Komite mengatakan, seorang pengunjuk rasa pria bernama Ibrahim Al Ameen, berusia 25 tahun, tertembak tepat di dada selama melakukan aksi di distrik Sharq El Nile.
Kepolisian mengatakan saat ini mereka sedang menyelidiki kematian Al Ameen, yang diduga terlibat dalam aksi kerusuhan dengan pihak keamanan.
The National pada Rabu (1/3) melaporkan, polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa ketika mereka mulai mendekat ke Istana Republik, di sisi Sungai Nil.
"Para pengunjuk rasa terlibat dalam kekerasan berlebihan di distrik Sharq El Nile pada Selasa. Mereka membakar tiga kendaraan polisi dan melempari petugas dengan bom molotov dan batu," kata pernyataan polisi.
Kematian terbaru kali ini telah menambah jumlah korban tewas di Sudan menjadi 125 orang, yang tercatat sejak militer mengambil alih pemerintahan sipil pada Oktober 2021 lalu.
Para demonstran mulai turun ke jalan untuk menentang kekuasaan militer yang dianggap semakin menyengsarakan ekonomi Sudan yang kian memburuk dan menyebabkan ketegangan kembali meningkat antara tentara dan paramiliter Sudan.
BERITA TERKAIT: