Operasi di kota titik nyala itu adalah serangan Israel paling mematikan di Tepi Barat dalam dua dekade, dan ini mendorong Otoritas Palestina untuk menangguhkan kerja sama keamanan dengan Israel.
Seorang juru bicara Palestina mengumumkan keputusan tersebut pada konferensi pers di Ramallah dan mengatakan Palestina berencana untuk mengajukan pengaduan ke PBB dan Pengadilan Kriminal Internasional.
Selain korban tewas, serangan itu melukai sedikitnya 16 orang, termasuk seorang anak. Empat orang dikatakan dalam kondisi kritis, seperti dilaporkan
The National.
Protes kemudian terjadi di Jenin dan Ramallah, sementara pemogokan umum dilakukan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur setelah kematian tersebut.
"Seorang pria meninggal karena luka-lukanya setelah pasukan Israel menembakkan peluru tajam, granat kejut dan gas air mata selama protes di kota Al Ram, dekat Ramallah," lapor kantor berita resmi Palestina Wafa.
Kekerasan terbaru terjadi ketika pemerintah baru Israel ingin memperkuat pemukiman di Tepi Barat dan memperluas kekuasaan Israel di wilayah Palestina yang diduduki.
Media Palestina melaporkan bahwa pasukan Israel tiba dengan kendaraan komersial, sementara para saksi mengatakan operasi itu berlangsung di sebuah gedung yang digunakan sebagai tempat pertemuan penduduk setempat.
Menteri Kesehatan Palestina May Al Kaila mengatakan situasinya di lokasi kejadian sangat mengerikan. Paramedis berjuang untuk menjangkau yang terluka.
Dia juga menuduh militer Israel menembakkan gas air mata ke bangsal anak sebuah rumah sakit, menyebabkan anak-anak tersedak.
Militer kemudian membantah menargetkan bangsal anak-anak, mengklaim bahwa gas tersebut mungkin masuk melalui jendela yang terbuka.
BERITA TERKAIT: