Africa News melaporkan Minggu (22/1), pengumuman tersebut pertama kali disiarkan kantor berita nasional RTB pada Sabtu lalu atas permintaan junta.
Keputusan untuk mengakhiri kehadiran militer Prancis di tanah Burkinabe telah dibuat sejak Rabu pekan lalu.
Langkah itu dilakukan lima bulan setelah Prancis menyelesaikan penarikannya dari Mali setelah sembilan tahun memerangi pemberontak Islam bersama pasukan regional.
Pengumuman Sabtu disambut baik oleh mereka yang sudah kehilangan kesabaran terhadap Prancis.
Pada Jumat, penduduk di ibu kota Ouagadougou turun ke jalan untuk memprotes kehadiran pasukan Prancis di negara tersebut. Video yang beredar menunjukkan pengunjuk rasa membawa papan dengan slogan "Tentara Prancis keluar dari rumah kami", dengan beberapa pengunjuk rasa membawa bendera nasional Burkina Faso dan Rusia.
Mengenai bendera Rusia, Rezim Traore berusaha menghidupkan kembali hubungan dengan Rusia sejak kudetanya.
Prancis memiliki 400 tentara pasukan khusus yang ditempatkan di Burkina yang dikuasai junta untuk memerangi pemberontakan Islam, tetapi hubungan telah memburuk dalam beberapa bulan terakhir.
Sejak rezim militer saat ini merebut kekuasaan pada September, telah terjadi beberapa demonstrasi yang menuntut kepergian duta besar Prancis, dan pasukan Prancis.
France24 menulis, ada tanda-tanda bahwa Burkina Faso, seperti tetangganya Mali, beralih ke Rusia sebagai mitra.
"Rusia adalah pilihan yang masuk akal dalam dinamika ini," kata Perdana Menteri Burkinabe Apollinaire Kyelem de Tembela pekan lalu setelah pertemuan dengan duta besar Rusia.
BERITA TERKAIT: