Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna pada Sabtu (14/1) bahkan dilaporkan telah memanggil Duta Besar Iran di Paris untuk dimintai keterangan atas langkah eksekusi mati tersebut.
Catherine menegaskan bahwa tindakan sewenang-wenang Iran terhadap tahanan warga negara asing sama sekali tidak dapat diterima.
"Pelanggaran hukum internasional Iran yang berulang kali tidak dapat diabaikan, terutama sehubungan dengan perlakuan terhadap warga negara asing yang ditahan secara sewenang-wenang," tegasnya seperti dimuat
The Jerussalem Post.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan dukungannya terhadap Inggris dan menyebut eksekusi Akbari adalah tindakan keji dan biadab.
Sementara itu, dukungan untuk Inggris juga datang dari Duta Besar AS untuk London, Jane Hartley yang mengutuk eksekusi Akbari dan menggambarkannya sebagai tindakan yang "mengerikan".
"Eksekusi warga Inggris-Iran Alireza Akbari di Iran mengerikan dan memuakkan," cuitnya di Twitter.
Dubes AS ikut menegaskan solidaritasnya untuk Inggris dalam masalah tersebut.
"Amerika Serikat bergabung dengan Inggris dalam mengutuk tindakan biadab ini. Pikiran saya bersama keluarga Alireza," tambahnya.
Akbari diduga merupakan salah satu agen terpenting MI6, dinas intelijen Inggris. Ia disebut telah menyerahkan informasi berharga tentang Iran kepada Inggris.
Pada Sabtu (14/1), Iran mengumumkan telah mengeksekusi mati Akbari atas tuduhan mata-mata. Inggris tidak tinggal diam dan langsung memerintahkan penarikan perwakilan diplomatiknya di Teheran sebagai bagian dari kecaman tersebut.
Hubungan Iran dan Barat semakin tegang sejak Teheran diduga memiliki andil besar dalam membantu Rusia memperkuat serangan militernya di Ukraina.
Ketegangan itu semakin kuat saat aksi protes kematian Mahsa Amini memicu tindakan keras pemerintah Iran terhadap para demonstran.
Sejauh ini bahkan telah ada empat orang yang dieksekusi mati atas tuduhan membunuh aparat Iran selama protes.
BERITA TERKAIT: