Data rumah sakit menunjukkan lebih dari 6.700 anak dirawat di bulan November karena pneumonia, batuk, asma, dan kondisi pernapasan lainnya.
Jumlahnya naik dua kali lipat dibandingkan dengan 3.700 anak yang terdata pada bulan yang sama di tahun sebelumnya.
Dokter dan pekerja medis mengatakan masalah pernapasan yang diderita ribuan anak tersebut disebabkan oleh flu dan kekurangan gizi.
"Pasien kami meningkat dibandingkan sebelumnya, alasan utamanya adalah ekonomi," ujar kepala penyakit dalam di Rumah Sakit Anak Indira Gandhi di Kabul, Mohammad Arif Hassanzai, seperti dimuat
Reuters pada Kamis (5/1).
Menurut Arif, sebagian besar warga Afghanistan tidak mampu membeli pemanas yang memadai.
"Mereka seringkali harus memilih antara makanan dan bahan bakar akibat krisis ekonomi melanda negara itu," ujarnya.
Sejalan dengan Arif, jurubicara ICRC di Kabul, Lucien Christen juga mengatakan tingginya penyakit pneumonia pada anak terjadi karena malnutrisi yang membuat sistem kekebalan tubuh anak-anak jadi melemah.
Selain itu, kata Lucien, polusi udara semakin memburuk akibat warga yang terpaksa membakar sampah dan plastik untuk menghangatkan diri karena tidak mampu membeli batu bara.
Krisis kesehatan itu diperkirakan akan semakin memburuk setelah banyak lembaga bantuan kemanusiaan menangguhkan operasinya di Afghanistan karena Taliban melarang mereka memiliki staf perempuan.
Padahal, menurut data PBB, lebih dari separuh populasi di Afghanistan bergantung pada bantuan kemanusiaan akibat guncangan ekonomi yang terjadi setelah Taliban mengambil alih kekuasaan dua tahun lalu.
Ditambah lagi, bantuan pembangunan luar negeri Afghanistan telah dibatasi, pemberlakukan sanksi Barat dan pembekuan aset bank sentral negara semakin menghambat sistem ekonomi negara.
BERITA TERKAIT: