Sebagai negara dengan jumlah pemeluk Kristen Ortodoks terbanyak di dunia ini, Rusia masih memiliki kepercayaan yang berbeda dalam merayakan hari Natal. Dengan mengacu pada kalender Julian, negara tersebut merayakan Natal setelah orang-orang telah usai merayakannya lebih dulu, yaitu yang berselang 13 hari.
Kalender Julian sendiri merupakan penanggalan tua yang pernah berlaku di era kepemimpinan Julius Caesar sejak tahun 45 sebelum Masehi. Sebelum menggunakan Gregorian, sistem penanggalan saat ini, yang diusulkan oleh Paus Gregory di Roma pada tahun 1582, dahulu sistem penanggalan seluruh dunia pernah mengacu pada kalender Julian.
Meskipun seluruh dunia kini telah meninggalkan kalender Julian, namun tidak bagi para penganut Kristen Ortodoks, agama tertua ini masih menganut penanggalan Julian milik Julius Caesar.
Selain itu, dalam merayakan hari kelahiran Yesus, dalam sejarahnya umat Kristen Ortodoks biasanya mengadakan Puasa Filipus, yang kini telah berganti nama menjadi Puasa Kelahiran yang berlangsung selama empat puluh hari.
Menurut ajaran Ortodoks, angka empat puluh merupakan angka suci yang berasal dari angka Alkitab, yang dipercaya bahwa periode tersebut juga merupakan simbol waktu keajaiban yang juga dapat menghapuskan dosa.
Oleh karena itu, umat Ortodoks sampai saat ini masih terus melakukan puasa sebelum merayakan kelahiran Yesus Kristus. Menurut kepercayaannya, periode sebelum Natal harus dikhususkan untuk kerja keras serta puasa, untuk mengingatkan kita akan keheningan dan persiapan untuk Kelahiran Tuhan.
Dengan mengacu pada kalender Julian, masyarakat Rusia mulai melakukan Puasa Kelahiran pada tanggal 28 November, sehingga pada bulan Desember mereka biasanya masih melaksanakan tradisi puasa, yang berakhir sehari sebelum hari Natal, yaitu pada 7 Januari.
BERITA TERKAIT: