Setelah Taliban Larang Perempuan Bekerja, Christian Aid Hentikan Bantuan Kemanusiaan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/hani-fatunnisa-1'>HANI FATUNNISA</a>
LAPORAN: HANI FATUNNISA
  • Selasa, 27 Desember 2022, 12:04 WIB
Setelah Taliban Larang Perempuan Bekerja, Christian Aid Hentikan Bantuan Kemanusiaan
Ilustrasi/Net
rmol news logo Sebagai ungkapan penolakan keras terhadap aturan Taliban yang melarang perempuan bekerja, badan amal asal Inggris Christian Aid menghentikan sementara operasinya di Afghanistan mulai Senin (26/12).

Kepala program global, Ray Hasan, menyatakan Christian Aid harus menghentikan programnya di Afghanistan dan mendesak agar larangan perempuan bekerja segera dibatalkan.

"Badan amal Inggris dengan cepat mencari kejelasan tentang pengumuman (pelarangan) ini dan mendesak pihak berwenang untuk membatalkan larangan tersebut," ujarnya seperti dimuat The Dawn.

“Sementara kami melakukan ini, kami sayangnya menghentikan pekerjaan program kami,” tambahnya.

Menurut Hasan, larangan staf perempuan untuk bantuan kemanusiaan akan membatasi kemampuan mereka dalam membantu semakin banyak orang yang membutuhkan.

“Jutaan orang di Afghanistan berada di ambang kelaparan,” ungkapnya.

Christian Aid menjadi organisasi bantuan kemanusiaan kelima yang memilih berhenti menjalankan tugasnya untuk menuntut Taliban mencabut segera aturan yang banyak merenggut hak kaum wanita itu.

Pada Minggu (25/12), dalam sebuah pernyataan bersama, organisasi bantuan amal  Save the Children, Dewan Pengungsi Norwegia, dan Care sepakat menghentikan program kemanusiaanya di Afghanistan.

Komite Penyelamatan Internasional, yang memberikan tanggap darurat di bidang kesehatan, pendidikan, dan bidang lain serta mempekerjakan 3.000 wanita di seluruh Afghanistan, juga mengatakan akan menangguhkan layanan.

Larangan perempuan bekerja adalah pukulan terbaru terhadap hak-hak perempuan di Afghanistan sejak Taliban merebut kembali kekuasaan pada Agustus tahun lalu.

Baru-baru ini, Taliban juga melarang perempuan menghadiri universitas yang memicu kemarahan global dan protes di beberapa kota di Afghanistan. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA