Berbicara kepada wartawan setelah menghadiri forum tentang "Pergeseran Kekuasaan dan Pemerintahan RRC" di Taipei pada Jumat (28/10), Chiu mengatakan bahwa kemungkinan itu belum terlihat.
"Bahkan setelah Kongres Partai Komunis China (PKC) ke-20, tidak ada bukti bahwa Beijing memiliki jadwal untuk penyatuan dengan Taiwan," kata Chiu, seperti dikutip dari
Taiwan News, Sabtu (29/10).
Sebelumnya beredar teori dari para pengamat bahwa China akan melakukan reunifikasi dalam waktu dekat.
Ini merujuk pada latihan militer skala besar pasukan China selama musim panas lalu, juga adanya pernyataan Presiden Xi Jinping yang memasukan penindakan kemerdekaan Taiwan ke dalam konstitusi PKC.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken baru-baru ini bahkan menyebutkan tahun depan sebagai kemungkinan akan dilakukannya reunifikasi China dan Taiwan.
Meskipun jadwal penyatuan belim ditetapkan, publik menilai bahwa Xi akan meningkatkan tekanan pada Taiwan selama masa jabatan lima tahun barunya sebagai pemimpin PKC.
"Meskipun tidak ada rencana publik, penyatuan kembali secara damai dan satu negara, dua sistem masih disebutkan secara terbuka dalam laporan kongres," kata Chiu memperingatkan.
Menurutnya, selama Partai Progresif Demokratik (DPP) memerintah Taiwan, China akan menempatkan perjuangan melawan kemerdekaan Taiwan di garis depan kebijakannya.
"Sementara itu, ketika Kuomintang (KMT) berkuasa, ia akan menekankan kampanye unifikasinya," kata Chiu.
Pada forum hari Jumat Chiu juga kembali meminta China untuk meninggalkan ancaman kekuatannya terhadap Taiwan, yang merusak stabilitas regional dan memperlebar kesenjangan antara kedua belah pihak.
"Konfrontasi militer bukanlah pilihan untuk hubungan lintas selat, jadi China harus terlibat dalam dialog konstruktif tanpa prasyarat untuk menyelesaikan perbedaan," katanya.
BERITA TERKAIT: