Upaya perdamaian telah lama digagas oleh ASEAN dan Junta juga berhasil menyepakati Five-Point Consensus (5PC) yang memungkinkan penghentian kekerasan dan dialog nasinal.
Namun sampai saat ini implementasi dari konsensus tersebut tak kunjung dilakukan di Myanmar. Justru kekerasan semakin meningkat, baru-baru ini terjadi di wilayah pemberontak Kachin, dimana Junta pekan lalu melucurkan serangan udara ke sebuah konser hingga menewaskan 80 korban jiwa.
Menanggapi hal tersebut, Indonesia dalam forum pertemuan menteri luar negeri ASEAN yang digelar pada Kamis (27/10), menekankan pentingnya melibatkan semua pemangku kepentingan di Myanmar sebagai dorongan untuk implementasi 5PC.
"Saya ingin ulangi bahwa penting untuk segera dilakukan engagement dengan semua stakeholder," tegas menteri luar negeri Indonesia, Retno Marsudi dalam acara press briefing Kemlu.
Menurut Retno, engagement yang dilakukan ASEAN dengan Junta militer saat ini bukanlah bagian dari pengakuan, melainkan langkah awal untuk menghubungkan semua stakeholders Myanmar lainnya.
"Sebagai catatan, engagement dengan Junta Militer hanya dilakukan sebagai bagian dari engagement dengan semua stakeholder, sekali lagi merupakan bagian dengan engagement dengan semua stakeholders," ujarnya.
Retno percaya jika menghadirkan semua pemangku kepentingan di Myanmar merupakan salah satu cara agar dialog nasional yang diupayakan ASEAN dapat berjalan dengan lancar.
"Kita yakin, hanya dengan engagement dengan all stakeholders, maka ASEAN akan dapat menjalankan fungsinya untuk memfasilitasi berlangsungnya dialog," jelasnya.
Harap Retno, dialog tersebut dapat menjadi jalan perdamaian yang memfasilitasi warga Myanmar untuk membahas masa depan mereka sendiri.
"Masalah Myanmar hanya akan dapat diselesaikan oleh rakyat Myanmar sendiri. Oleh karena itu dialog di antara mereka menjadi sangat penting artinya. Tugas ASEAN memfasilitasi," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: