Ini adalah kelanjutan dari aksi protes panjang yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini. Selama dua minggu terakhir Iran berada dalam kerusuhan parah yang mematikan.
Para mahasiswa, termasuk dari Teheran Azad, melakukan aksi duduk. Mereka juga mengecat tangan mereka dengan warna merah untuk memprotes tindakan keras oleh pihak berwenang. Mereka berteriak "matilah tirani ini".
Sementara para buruh, kebanyakan adalah pekerja kilang minyak Abadan dan Kangan serta proyek Petrokimia Bushehr, melakukan mogok kerja. Mereka berteriak meminta keadilan dan pengunduran diri para pejabat, seperti dikutip dari
French24.
Video yang dibagikan di media sosial menunjukkan protes di puluhan kota di seluruh Iran pada Senin pagi, dengan bentrokan sengit antara pengunjuk rasa dan polisi anti huru hara di kota-kota di provinsi asli Kurdistan Amini.
"Kami akan meminta pertanggungjawaban Anda atas penindasan Anda terhadap perempuan dan anak perempuan dan atas kekerasan yang tidak dapat diterima," teriak mahasiswa.
Kerusuhan yang kian menyebar membuat aparat mengintensifkan kekuatan lebih. Mendorong kelompok hak asasi Kurdi Henjaw menuduh pihak berwenang menggunakan kekerasan dengan senjata berat.
Kelompok yang berbasis di Norwegia itu menyebutkan tembakan juga terdengar di kampung halaman Amini, Saqqaz.
Analis mengatakan bahwa sifat protes yang terjadi di Iran sangat beragam - mulai dari pawai jalanan hingga pemogokan mahasiswa hingga tindakan pembangkangan individu - dan telah memperumit upaya negara untuk memadamkan gerakan tersebut.
Aksi protes yang terjadi lebih dari dua minggu ini menjadi tantangan yang lebih besar bagi pihak berwenang di bawah pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
BERITA TERKAIT: