Menurut para peneliti yang terlibat dalam proyek ini, rudal berukuran lima meter itu mampu melaju dengan kecepatan 2,5 kali kecepatan suara, dengan ketinggian 10 ribu meter sejauh 200 kilometer. Rudal juga mampu menyelam dan meluncur melintasi ombak hingga 20 kilometer.
"Setelah berada dalam jarak sekitar 10 kilometer dari targetnya, rudal akan masuk ke mode torpedo, bergerak di bawah air dengan kecepatan hingga 100 meter per detik (200 knot) menggunakan superkavitasi, pembentukan gelembung udara raksasa di sekitarnya yang secara signifikan mengurangi hambatan," kata para peneliti, seperti dikutip
Asia One.
Rudal juga dapat mengubah arah sesuka hati atau melakukan
crash-dive hingga kedalaman 100 meter untuk menghindari sistem pertahanan bawah air tanpa kehilangan momentum.
Ilmuwan utama dari proyek ini, Li Pengfei, menyebut tidak ada sistem pertahanan kapal yang dirancang untuk menangani serangan "lintas media" yang begitu cepat.
“Ini dapat sangat meningkatkan kemampuan penetrasi rudal,†kata Li.
Namun ia mengungkap, salah satu tantangan terbesar bagi pengembang adalah sistem tenaga, karena kebutuhan untuk menghasilkan daya dorong yang cukup besar saat menghirup udara atau air.
Kendai begitu, tantangan tersebut dapat diselesaikan dengan menggunakan boron, elemen ringan yang bereaksi hebat saat terkena keduanya, melepaskan sejumlah besar panas.
Adapun rudal ini dikembangkan oleh para ilmuwan dari teknik kedirgantaraan Universitas Nasional Teknologi Pertahanan di Changsha, Provinsi Hunan.
Pada 8 September lalu, tim ilmuwan meluncurkan cetak biru untuk sistem tenaga rudal di Journal of Solid Rocket Technology, yang diterbitkan oleh Perhimpunan Astronautika Tiongkok.
BERITA TERKAIT: