Seperti dimuat
The Associated Press pada Selasa (6/9), selama musim panas, India dan China telah menerima energi lebih banyak dibandingkan dengan negara anggota Uni Eropa (UE) awal tahun ini.
Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih mengatakan Rusia menerima pendapatan sekitar Rp 2.354 triliun untuk penjualan minyak, gas alam, dan batu bara dari Februari hingga Agustus. Lebih dari setengahnya senilai Rp 1.252 triloun berasal dari ekspor UE.
Jerman adalah negara UE yang menjadi importir terbesar bahan bakar fosil Rusia dengan total pembelian senilai Rp 280 triliun selama periode enam bulan. Meski begitu, importir tunggal terbesar di dunia adalah China, yang membeli energi Rusia sebesar Rp 515 triliun.
Menteri ekonomi Jerman, Robert Habeck, mengatakan pada Senin (5/9), bahwa negaranya tidak mengharapkan impor gas dari Rusia untuk dilanjutkan lagi.
Sementara India dan China pada periode musim panas di bulan Juli dan Agustus telah mengimpor lebih banyak batu bara dan minyak mentah dari Rusia dibandingkan pada Februari dan Maret 2022.
Sejak invasi ke Ukraina dimulai, volume ekspor Rusia secara keseluruhan turun sebanyak 18 persen. Ditambah lagi, UE telah memotong impornya dari Rusia sebesar 35 persen dengan melarang pembelian batu bara serta minyak yang akan berlaku mulai akhir tahun ini.
Sebagai respon, Rusia juga ikut memotong aliran gas alam ke UE secara signifikan yang menunjukkan bahwa pihaknya tidak akan melanjutkan pengiriman kecuali Barat setuju untuk mencabut sanksinya.
BERITA TERKAIT: