Steinmeier: Saya Malu, Jerman Butuh 50 Tahun Setujui Kompensasi bagi Keluarga Korban Serangan Munich 1972

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 05 September 2022, 15:20 WIB
Steinmeier: Saya Malu, Jerman Butuh 50 Tahun Setujui Kompensasi bagi Keluarga Korban Serangan Munich 1972
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier dan istri, menyambut Presiden Israel Isaac Herzog dan istri dalam jamuan makan malam di Istana Kepresidenan Bellevue, Berlin, pada 4 September 2022/Net
rmol news logo Tidak pernah terlintas bagi Jerman untuk menghapus sejarah kelam yang membawa duka nestapa bagi orang-orang Israel. Jerman juga tidak pernah bermaksud lari dari tanggung jawab untuk menebus kesalahan sejarah di masa lalu.

Namun, ternyata Jerman membutuhkan waktu hingga 50 tahun untuk bisa menebus kesalahannya dengan menyetujui kompensasi bagi keluarga korban serangan Olimpiade Munich 1972.

Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier mengaku merasa sangat malu.

“Bahwa butuh 50 tahun untuk mencapai kesepakatan ini di hari-hari terakhir, memang memalukan,” kata Steinmeier saat jamuan makan malam kenegaraan, menyambut kunjungan Presiden Israel Isaac Herzog, Minggu (4/9).

"Tanggung jawab kami sebagai orang Jerman termasuk menjelaskan banyak pertanyaan yang belum terjawab, tentang hal yang masih gelap dari serangan di Munich, dan juga hal lainnya yang tidak transparan dalam penanganan kami terhadap serangan itu," katanya.

Jerman menyetujui kompensasi ini setelah negosiasi panjang selama berminggu-minggu dengan keluarga korban.

Sempat terjadi selisih paham yang berujung pada ancaman boikot dari keluarga korban terhadap upacara peringatan serangan Munich yang digelar Senin (5/9) waktu setempat.

Herzog, yang terbang ke Jerman bersama istrinya untuk kunjungan kenegaraan selama tiga hari, mengatakan bagaimana ia sangat mengerti penderitaan yang dialami keluarga korban selama puluhan tahun. Pembicaraa selalu "membentur tembok" setiap kali mereka mencoba mengangkat masalah kompensasi dengan Jerman atau Komite Olimpiade Internasional.

“Saya pikir ada penindasan yang tragis di sini,” katanya. Ia menegaskan, ada pembantaian di acara super besar di mana para sandera digiring dan diculik ke ruangan lain untuk dihabisi dengan cara sangat tidak manusiawi, sementara acara olimpiade masih saja dilanjutkan.

Pekan lalu, Jerman akhirnya sepakat menawarkan kompensasi 28 juta dolar AS. Ini juga - untuk pertama kalinya - melihat negara Jerman mengakui "tanggung jawab" dalam kegagalan yang menyebabkan pembantaian.

Empat puluh delapan tahun yang lalu, tepatnya 5 September 1972, awan hitam memayungi Kota Munich. Pembantaian para atlet Israel yang dilakukan oleh sekelompok pria Palestina yang bersenjata, menciptakan air mata dan kenangan suram untuk diingat sanak keluarga.

Para atlet Israel itu kemudian tak pernah kembali pulang.

Sekelompok teroris yang kemudian dikenal dengan nama September Hitam itu menyandera dan membunuh 11 atlet Israel dan seorang polisi. Dalam upaya penyelamatan, seluruh militan terbunuh kecuali tiga di antaranya.

Saat itu, Jerman bertindak sangat lamban. Pemerintah Jerman membutuhkan waktu dua jam hanya untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi, sementara olimpiade tetap saja dilanjutkan.

Sejak awal, keanehan telah terlihat di mana Jerman dan Komite Penyelenggara Olimpiade sengaja mengendurkan keamanan demi untuk menghilangkan kesan 'seram' dan agar para tamu Olimpiade merasakan kehangatan selama perhelatan akbar tersebut. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA