Proyek antara Korea Hydro and Nuclear Power dengan ASE anak perusahaan dari Rosatom milik Rusia ini bernilai sebesar 3 triliun won atau sekitar Rp 33 triliun, yang mengharuskan Korsel untuk menyediakan bahan dan peralatan tertentu serta membangun gedung turbin untuk pabrik pembangkit listrik tenaga nuklir pertama di Dabaa, Mesir.
Di samping itu, Korsel menyadari bahwa proyek ini akan membuat pandangan yang canggung dari internasional, karena sanksi untuk Rusia yang saat ini masih berlangsung. Akan tetapi, menurut Choi Sang-mok, sekretaris senior Presiden Yoon untuk urusan ekonomi menekankan keterlibatan Korea Selatan dalam proyek tersebut tidak akan berbenturan dengan sanksi internasional terhadap Rusia.
“Masalah apa pun dapat dipenuhi oleh berbagai ketidakpastian, tetapi semuanya kini telah diselesaikan sekarang, dan itulah sebabnya kami dapat menyelesaikan kesepakatan,†pungkas Choi.
Lebih lanjut proyek ini disebut telah dinegosiasikan sejak Desember 2021 lalu, sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada akhir Febuari. Sementara itu, Korsel telah berkonsultasi dengan AS terkait partisipasinya dalam proyek di Dabaa. Menurut Go Myong-hyun seorang pengamat senior di Institut Studi Kebijakan Asan Seoul, mengatakan kesepakatan itu tidak akan mungkin terjadi tanpa persetujuan ekspor oleh Amerika Serikat karena beberapa komponen yang disediakan oleh Korea Hydro dan Tenaga Nuklir kemungkinan mencakup teknologi yang berasal dari AS.
Sebelumnya sebagai bagian dari sanksi internasional yang dipimpin AS terhadap Moskow, Seoul telah mengakhiri transaksi dengan bank sentral Rusia dan dana kekayaan negara serta melarang ekspor bahan strategis ke Rusia.
Kantor Yoon menyatakan harapan bahwa partisipasi Korea Selatan dalam proyek Dabaa akan membantu negara tersebut mendapatkan pijakan dalam proyek nuklir masa depan di seluruh Afrika dan juga meningkatkan peluangnya untuk mengekspor ke negara-negara lain seperti Republik Ceko, Polandia dan Arab Saudi.
Presiden Yoon Suk Yeol yang mulai menjabat pada bulan Mei, telah berjanji untuk meningkatkan ekspor teknologi tenaga nuklir Korea Selatan. Pemerintahnya kini tengah berencana untuk mengekspor 10 reaktor tenaga nuklir pada tahun 2030 mendatang.
BERITA TERKAIT: