Korban tercatat bertambah pada Senin (11/7). Seperti dilaporkan dari
ARY News, sedikitnya 62 orang, termasuk 24 anak-anak dan 23 wanita tewas di wilayah Balochistan.
Sementara itu, 48 orang terluka, dan lebih dari 670 rumah ambruk. Seorang lainnya meninggal karena tersengat listrik.
Otoritas Manajemen Bencana Provinsi Pakistan (PDMA) mengatakan kematian terjadi di wilayah Bolan, Quetta, Zhob, Dakki, Khuzdar, Kohlu, Ketch, Mastung, Harnai, Qila Saifullah dan Sibi.
Sebagai tindak lanjut, PDMA memberlakukan darurat hujan untuk menangani bencana.
Curah hujan yang tinggi juga mengakibatkan bendungan di Hub Dam meningkat menjadi 334 kaki, sementara kapasitasnya hanya 339 kaki.
Beberapa bagian di wilayah Karachi, kota terbesar di Pakistan, juga terendam akibat hujan yang terus melanda pada hari kedua Iduladha. Banyak orang terjebak di beberapa tempat, sehingga akses jalan menuju tempat evakuasi hanya bisa dilalui menggunakan perahu.
Para ahli mengatakan perubahan iklim adalah penyebab hujan terjadi lebih deras dari pada biasanya di Pakistan.
Menteri Perubahan Iklim Sherry Rehman menganggap kejadian ini merupakan bencana yang serius. Rehman sendiri mengaitkan pola baru hujan muson lebat di Pakistan belakangan ini karena mencairnya gletser yang memicu terjadinya banjir bandang.
"Bagi saya, ini adalah bencana nasional," kata Rehman, dikutip dari
AFP.
Setiap tahunnya, banyak daerah di Pakistan kesulitan dengan banjir muson tahunan. Hal tersebut mengundang kritik atas kebijakan pemerintah yang dinilai gagal dalam menangani bencana tahunan tersebut.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: