Mantan Presiden Ukraina Poroshenko: Untuk Perdamaian Kita Membutuhkan Senjata, Senjata, dan Senjata

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 16 Juni 2022, 11:41 WIB
Mantan Presiden Ukraina Poroshenko: Untuk Perdamaian Kita Membutuhkan Senjata, Senjata, dan Senjata
Mantan Presiden Ukraina Petro Poroshenko/Net
rmol news logo Negara-negara Eropa mestinya terus berdiri bahu membahu demi Ukraina. Tidak mungkin bisa mengalahkan Rusia tanpa dukungan dari negara lain.

Mantan Presiden Ukraina Petro Poroshenko dalam wawancaranya dengan DW mengatakan, penting untuk mengakhiri invasi Rusia di Ukraina.

Pria yang pada awal Mei lalu diblokir untuk tidak meninggalkan Ukraina atas tuduhanh pengkhianatan itu,  meminta Jerman dan sekutunya untuk tetap mengulurkan tangannya membantu Ukraina, dan bantuan tersebut tidak lain adalah senjata.
"Untuk perdamaian, kami membutuhkan tiga hal: senjata, senjata, dan senjata," tegasnya, seperti dikutip dari DW, Rabu (15/6).

Senjata yang dikirim ke Ukraina bisa membantu negara itu untuk bertahan dan memukul mundur pasukan Rusia. Upaya mengakhiri invasi Rusia di Ukraina, "penting untuk masa depan Eropa," tegasnya,

Ini seperti upaya membalikkan citra yang selama ini melekat kepadanya sebagai politikus pro-Rusia.

Poroshenko menjabat sebagai presiden Ukraina sejak 2014 hingga 2019. Partai Solidaritas Eropa-nya adalah partai terbesar kedua di parlemen Ukraina setelah Partai Hamba Rakyat yang dipimpin Presiden Volodymyr Zelenskiy. Pada pemilihan 2019, Zelensky berhasil menggeser posisinya.
Pada Januari 2022, Poroshenko didakwa dengan tuduhan pengkhianatan. Salah satu orang terkaya di Ukraina itu dituduh terlibat dalam penjualan batu bara untuk membantu membiayai separatis yang didukung Rusia di Ukraina timur pada 2014-2015, saat ia menjabat.

Poroshenko dituding pro-Rusia. Namun, dalam wawancara bersama DW Poroshenko juga membela keputusannya untuk menandatangani perjanjian Minsk dengan Rusia, dengan mengatakan bahwa perjanjian damai 2015 adalah untuk memenangkan Ukraina selama "delapan tahun untuk menciptakan tentara" dan membangun kembali ekonominya.

"Kami menang delapan tahun untuk melanjutkan reformasi dan pindah ke Uni Eropa," dalihnya.

Perjanjian itu bertujuan untuk mengakhiri pertempuran antara separatis yang didukung Rusia dan pasukan Ukraina di wilayah Donbas timur - di mana pertempuran itu akhirnya menjadi salah satu titik mula pertempuran yang sedang berlangsung saat ini. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA