Dilaporkan dari
SkyNews pada Senin (18/4), kematian itu terjadi setelah sekitar 26 juta orang di kota itu hidup di bawah
lockdown yang sangat ketat selama beberapa minggu.
Orang-orang dilarang meninggalkan rumah mereka dan bergantung pada pemerintah untuk pengiriman pangan. Kemudian sempat terjadi protes skala kecil karena beberapa orang tidak dapat memperoleh pangan yang mencukupi.
Polisi dengan pakaian hazmat pada saat protes tersebut tampak membubarkan orang-orang yang memprotes aturan ketat Covid-19 di kota itu pada pekan lalu.
Di bawah langkah-langkah tersebut, setiap orang yang dites positif Covid-19 harus dikarantina di fasilitas terpusat, di mana banyak orang mengeluh tentang kondisinya yang sangat buruk.
Lebih dari 100 rumah sakit darurat, dengan kapasitas 160.000 pasien, digunakan sebagai fasilitas sementara gedung apartemen juga telah diubah menjadi pusat isolasi.
Presiden China, Xi Jinping, mengatakan seharusnya tidak ada penghentian upaya pengendalian dan pencegahan virus di kota tersebut. Namun ia menambahkan China akan berusaha untuk meminimalkan dampak kebijakan tersebut pada pembangunan ekonomi dan sosial.
Dukungan domestik untuk pendekatan ‘
Zero-Covid’ telah menipis dalam beberapa pekan terakhir karena kekurangan pasokan makanan.
Sementara di Suzhou, yang telah melaporkan lebih dari 500 infeksi dalam gelombang terbaru ini, dan karyawan telah diminta untuk bekerja dari rumah.
Shanghai, pusat keuangan China, mengkonfirmasi 19.831 infeksi Covid-19 asimptomatik harian baru per Minggu (17/4), turun dari 21.592 pada Sabtu.
Infeksi bergejala baru mencapai 2.417 pada Senin, turun dari 3.238 pada Minggu.
Lebih dari 200 juta tes PCR telah dilakukan di Shanghai sejak 10 Maret dalam upaya untuk mengekang wabah terbesar di China sejak virus itu pertama kali ditemukan di Wuhan pada 2019.
BERITA TERKAIT: