Ia kemudian menyatakan penyesalannya atas penanganan terhadap krisis ekonomi yang menghancurkan yang telah menyebabkan protes yang meluas.
Dalam pidatonya di depan kabinet barunya pada Senin (18/4), Rajapaksa mengatakan negara itu seharusnya mencari bantuan dari IMF lebih cepat, seperti yang didesak oleh partai-partai oposisi dan para ahli.
"Saya percaya bahwa kita seharusnya mengikuti program dengan Dana Moneter Internasional lebih awal," ujarnya, dikutip oleh
Reuters.
"Hari ini, orang-orang berada di bawah tekanan besar akibat krisis ekonomi ini. Saya sangat menyesali situasi ini," tambahnya.
Pada kabinet baru ini hanya lima anggota kabinet sebelumnya yang dilantik lagi, sementara sebagian besar portofolio lainnya dialokasikan untuk anggota partai yang berkuasa di Sri Lanka, Podujana Peramuna.
Presiden Gotabaya Rajapaksa dan kakak laki-lakinya, Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa, akan tetap bertahan meskipun ada tuntutan dari pengunjuk rasa dan oposisi agar mereka mundur.
Di antara mereka yang tidak diangkat kembali dari kabinet sebelumnya adalah dua saudara presiden, Basil dan Chamal, dan putra Perdana Menteri Namal.
Presiden mengatakan dia akan mencari solusi untuk masalah Sri Lanka, termasuk melalui kemungkinan perubahan konstitusi.
"Saya siap untuk memberikan dukungan penuh saya kepada Parlemen setiap saat," ujar Rajapaksa.
Dia juga mengatakan bahwa keputusan tahun lalu untuk melarang semua pupuk kimia, adalah sebuah kesalahan.
"Saya kira keputusan untuk tidak memberikan pupuk kimia kepada petani adalah sebuah kesalahan. Kami telah mengambil langkah untuk menghidupkan kembali praktik itu," tambahnya.
Ketidakmampuan pemerintah dalam mengurus ekonomi secara berturut-turut akhirnya melemahkan keuangan publik Sri Lanka. Dan situasinya diperburuk oleh pemotongan pajak dalam yang diberlakukan oleh pemerintahan Rajapaksa setelah ia menjabat pada 2019.
Sektor-sektor utama ekonomi, khususnya pariwisata, kemudian terpukul oleh pandemi Covid-19. Disaat itu, pemerintah menganjurkan agar Sri Lanka untuk mendekati IMF dan meminta bantuan.
Sayang kini seluruh perencanaan yang diajukan telah diabaikkan, istilah yang tepat untuk merangkum keadaan Sri Lanka saat ini adalah ‘nasi sudah menjadi bubur’.