Kota terbesar di China denagn 25 juta penduduk itu sudah berpekan-pekan menghadapi penguncian dan tes massal Covid-19. Otoritas negeri tirai bambu juga fokus memerangi wabah.
Namun di sisi lain, mereka yang menderita penyakit non-Covid justru terpinggirkan. Bahkan mereka mengeluh meminta bantuan di jejaring sosial atau grup obrolan. Alhasil mereka hanya bergantung pada penanganan
telemedicine semata.
Seorang wanita warga Shanghai bernama Zhou mengatakan dia mencari bantuan online atas risiko infeksi pada ibunya yang lumpuh dari kateter urin.
"Biasanya, penggantian kateter akan memakan waktu 10 menit, tetapi rumah sakit terdekat yang biasanya kami kunjungi sekarang ditutup," ujar Zhou kepada
Reuters, Selasa (12/4).
Zhou mengatakan sekitar lima rumah sakit telah menolaknya karena departemen yang melakukan prosedur terkait penyakit dalam telah menangguhkan operasi demi menjalankan "Zero-Covid".
Bahkan ketika pengobatan tersedia, beberapa pasien mengatakan mereka tidak dapat mengakses transportasi atau mendapatkan izin untuk meninggalkan kompleks perumahan.
Juga sulit bagi warga Shanghai untuk menemukan informasi akurat tentang layanan yang ditawarkan setiap rumah sakit saat ini.
Meskipun pada Maret lalu, pemerintah Shanghai mendesak rumah sakit untuk memastikan terbukanya "saluran hijau" untuk pasien non-Covid dengan kebutuhan mendesak, seperti dialisis atau terapi kanker, banyak yang masih berjuang untuk mengakses perawatan.
Di tengah pelonggaran
lockdown di beberapa bagian Shanghai pada pekan ini, ketidakpastian tentang akses ke fasilitas medis tetap menjadi kekhawatiran warga disana.
BERITA TERKAIT: