Dalam pernyataan yang disampaikan di hadapan anggota Komite Angkatan Bersenjata di Parlemen AS, Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengatakan bahwa pembelian berkelanjutan sistem senjata Rusia oleh India bukan yang terbaik bagi mereka, dan bahwa akan ada persyaratan bagi para pemimpin di New Delhi untuk menukar beberapa sistem ini dengan senjata buatan AS dan sekutu.
“Kami terus bekerja dengan (India) untuk memastikan bahwa berinvestasi dalam peralatan Rusia adalah bukan pilihan yang baik,†kata Austin, seperti dikutip dari RT, Rabu (6/4).
“Agar ke depan mereka menurunkan skala jenis peralatan yang mereka investasikan, dan ingin berinvestasi lebih banyak dalam hal yang akan membuat kami terus kompatibel,†tambahnya.
India adalah importir militer terbesar, dan mengandalkan Rusia untuk hampir setengah dari senjata impornya.
Austin bukan pejabat AS pertama yang berbicara tentang meningkatkan penjualan senjata ke India. Mantan Presiden Donald Trump menandatangani kesepakatan senjata senilai 3 miliar dolar AS dengan Perdana Menteri India Narendra Modi pada 2020, menjual helikopter Apache India dan rudal Hellfire, dalam upaya nyata untuk melawan China di Asia Selatan.
Terlepas dari peningkatan penjualan ini, AS tetap hanya menjadi pemasok senjata terbesar ketiga India, menyediakan hanya 12 persen dari impor mematikan New Delhi antara 2017 dan 2021. Prancis menyediakan 27 persen senjata impor India, sementara Rusia menyediakan 46 persen.
Kemitraan ini berawal dari Perang Dingin, ketika India, sebagai anggota pendiri gerakan Non-Blok, membeli senjata dari Soviet tanpa pernah menjalin aliansi formal dengan Uni Soviet. Menurut beberapa analis, 85 persen dari sistem senjata utama India hingga hari ini berasal dari Rusia atau Soviet.
BERITA TERKAIT: