Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan, terlebih umat Muslim Ukraina yang umumnya tinggal di Krimea telah menjadi korban dari obsesi Rusia sejak lama.
Muslim Ukraina yang umumnya berasal dari Semenanjung Krimea merupakan kelompok etnik Tatar Krimea.
Setelah merebut Krimea dari Nazi Jerman di era Perang Dunia Kedua, Uni Soviet mendeportasi kelompok etnik Tatar Krimea dari tanah kelahiran mereka.
Umumnya mereka dikirimkan ke negeri-negeri Asia Tengah yang telah lebih dahulu menjadi wilayah yang dikuasai Uni Soviet. Sebagai gantinya, Uni Soviet memasukkan kelompok etnik Rusia ke Krimea, sehingga sebagian besar penduduk Krimea saat ini adalah kelompok etnik Rusia.
“Ini yang menjelaskan mengapa dalam referandum di tahun 2014 di Krimea, kelompok separatis menang di Krimea,†ujar Duta Besar Republik Ukraina Vasyl Hamianin dalam perbincangan dengan redaksi Kantor Berita Politik RMOL. Â
Setelah Krimea diduduki Rusia tahun 2014, kelompok etnik Tatar Krimea dipersekusi dan diberi cap sebagai teroris.
Krimea digabungkan dengan Ukraina pada tahun 1954 oleh pemimpin tertinggi Partai Komunis Uni Soviet, Nikita Kruschev. Pada tahun 1991, ketika Ukraina meninggalkan Uni Soviet, Krimea ikut serta bersama Ukraina.
Dubes Hamianin prihatin dengan keputusan pemimpin Chechnya, Ramzan Kadyrov, yang dikenal sebagai pemimpin Muslim berpengaruh di Federasi Rusia. Bagaimana mungkin, Ramzan Kadyrov ikut skenario adu domba Putin membenturkan umat Muslim di kedua negara.
“Mereka kira, rakyat Ukraina, termasuk umat Muslim Ukraina, tidak akan memberikan perlawanan. Mereka keliru. Karena umat Muslim Ukraina merupakan kelompok yang paling keras menentang invasi Rusia. Bagi mereka, hanya ada dua hal yang harus dilakukan menghadapi invasi Rusia, yakni berdoa dan bertempur,†ujar Dubes Hamianin.
Dia mengingatkan bahwa pemuka-pemuka agama Islam di Ukraina telah mengingatkan agar umat Muslim di Rusia tidak terlibat dalam invasi ini.
Peringatan itu telah disampaikan Mufti Tinggi Ukraina, Sheikh Said Ismahilov, dalam konferensi yang dihadiri pemuka-pemuka agama di Ukraina pada awal Februari lalu.
Seruan serupa juga disampaikan Mufti Krimea, Sheikh Aider Rustemov, yang mengimbau agar umat tentara Rusia yang beragama Islam untuk meninggalkan perbatasan dan kembali ke rumah.
BERITA TERKAIT: