Federasi Industri Thailand (FTI) mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dimuat
Bangkok Post pada Minggu (27/2), bahwa akibat invasi Rusia ke Ukraina telah membayangi inflasi yang lebih tinggi dan menyebakan lesunya perekonomian di Thailand.
"Serangan Rusia di Ukraina mendorong harga energi lebih tinggi dan menyebabkan sanksi dari AS dan sekutunya. Thailand masih berjuang untuk pulih dari penurunan yang disebabkan oleh pandemi," kata wakil ketua FTI Kriengkrai Thiennukul.
Akibat konflik tersebut, Kriengkrai mengatakan ekonomi domestik mungkin tidak mencapai target pertumbuhan 3-4,5 persen tahun ini, seperti yang ditetapkan sebelumnya oleh Komite Tetap Gabungan Perdagangan, Industri dan Perbankan.
Rusia adalah pengekspor gas utama. Sepertiga pasokan gas ke negara-negara Eropa berasal dari Rusia.
"Jika pengiriman gas terganggu, industri berat di Eropa akan terpengaruh, yang akan mempengaruhi rantai pasokan secara global dan di Thailand," Kriengkrai.
"Jika sanksi memutuskan bank-bank Rusia dari Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication, yang dikenal sebagai SWIFT, sektor ekspor Thailand mungkin menanggung beban," katanya.
Menurut FTI, kerja sama perdagangan Thailand-Rusia mencapai sekitar 3 miliar baht dan Rusia adalah salah satu pasar pariwisata utama bagi Thailand, dengan 1,5 juta pengunjung setahun sebelum pandemi.
Sementara Chaichan Chareonsuk, ketua Dewan Pengirim Nasional Thailand (TNSC), mengatakan konfrontasi Rusia-Ukraina mungkin berdampak negatif pada ekonomi global dan Thailand, terutama dalam hal biaya produksi yang lebih tinggi yang didorong oleh kenaikan harga energi dan bahan baku seperti baja, sereal dan semikonduktor.
"Dewan mengharapkan pengiriman keluar Thailand tumbuh kuat, sebanyak 8 persen pada kuartal pertama, berkat pesanan pembelian di muka," kata Chaichan.
"Jika pertempuran berlanjut, ekspor Thailand pada kuartal kedua mungkin terpengaruh, dengan pesanan pembelian diperkirakan turun 4 hingga 5 miliar dolar AS terutama untuk mobil dan suku cadang, produk karet dan peralatan listrik," katanya.
Namun, dibalik semua kerugian yang akan ditanggung, Menteri Perdagangan Jurin Laksanawisit mengatakan, beberapa produk Thailand seperti produk karet kemungkinan akan diuntungkan jika konflik berkepanjangan karena dapat menjadi pengganti produk karet Rusia atau Ukraina di pasar global.
"Rusia, misalnya, mengekspor produk karet senilai sekitar 170 juta dolar AS ke Amerika," katanya.
BERITA TERKAIT: