Dari laporan
Al Hadath TV pada Kamis pagi (10/2), mobil Dbeibeh dihujani dengan peluru, tiga di antaranya mengenai mobil.
Dbeibeh sendiri tidak cedera. Tetapi para penyerang belum ditangkap atau diidentifikasi.
Serangan terjadi hanya beberapa jam sebelum warga Libya menggelar pemungutan suara yang telah ditunda sejak Desember tahun lalu.
Milisi yang menolak pemungutan suara dilaporkan mengepung kantor Dbeibeh sembari membawa senjata.
"Saya tidak akan membiarkan masa transisi baru. Kami tidak akan mundur dari peran kami dalam pemerintahan yang kami janjikan kepada rakyat sampai pemilihan umum tercapai," kata Dbeibeh dalam pidatonya Selasa (8/2).
Dikutip
Al Arabiya, jika pemungutan suara dilanjutkan, hanya dua dari tujuh kandidat yang telah mendeklarasikan diri, Fathi Bashagha dan Khaled al-Bibas, yang akan benar-benar muncul di surat suara, karena sisanya dilaporkan tidak melengkapi dokumen yang diperlukan.
Pemungutan suara ditentang oleh parlemen Libya di Tobruk, yang sebagian besar menentang pemerintah di Tripoli sejak penggulingan pemimpin Muammar Gaddafi tahun 2011 oleh pemberontakan yang didukung NATO.
Awal pekan ini, parlemen mengatakan akan menunjuk perdana menteri baru dan menyusun format untuk pemerintahan sementara dan pemilihan umum pada 2023.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: