Namun bagaimana jika vaksin yang dikirimkan sebagai bantuan adalah vaksin Covid-19 yang sudah kadaluarsa?
Situasi itu diungkap oleh kepala Divisi Pasokan UNICEF Etleva Kadilli di hadapan Parlemen Eropa pada Kamis (13/1).
Ia menjelaskan bahwa fakta yang ada di lapangan menunjukkan bahwa ada masalah dalam pelaksanaan program untuk membantu negara-negara miskin untuk memvaksinasi populasi mereka terhadap Covid-19. Pasalnya, banyak donasi memiliki masa simpan yang terlalu pendek untuk didistribusikan dengan benar.
Ia menjelaskan, pada bulan Desember 2021 lalu saja, lebih dari 100 juta dosis yang ditawarkan untuk program COVAX PBB harus ditolak oleh penerima bantuan, karena kebanyakan dari mereka melewati atau mendekati tanggal kedaluarsa.
Sekitar 15,5 juta dosis yang ditolak bulan lalu itu pun dilaporkan telah dihancurkan. Selain itu, beberapa pengiriman juga ditolak oleh beberapa negara.
Negara-negara miskin memang memiliki sejumlah masalah dengan menerima vaksin yang disumbangkan kepada mereka. Banyak yang kekurangan kapasitas penyimpanan untuk menerima kiriman dan memiliki masalah dengan meluncurkan kampanye vaksinasi karena faktor-faktor seperti ketidakstabilan domestik dan infrastruktur perawatan kesehatan yang tegang.
Namun tanggal kadaluarsa yang singkat dari vaksin yang disumbangkan ke program berbagi juga merupakan masalah besar.
“Sampai kita memiliki umur simpan yang lebih baik, ini akan menjadi titik tekanan bagi negara-negara, khususnya ketika negara-negara ingin menjangkau populasi di daerah yang sulit dijangkau,†jelasnya seperti dimuat
Russia Today.
BERITA TERKAIT: