Pada Rabu (12/1) mereka mengajukan undang-undang untuk memberi sanksi kepada para pejabat China yang dianggap menghalangi penyelidikan independen tentang asal usul virus corona.
Undang-Undang Validasi, Investigasi, dan Penentuan Asal Virus Corona tahun 2022 yang diajukan oleh Senator Marco Rubio dan disponsori bersama oleh lebih dari selusin anggota Republik juga diajukan ke Kongres tahun lalu.
Ini memberi Beijing 90 hari setelah berlakunya undang-undang tersebut untuk memberikan tim ilmuwan internasional akses tak terbatas ke laboratorium di yang menjadi pusat episentrum Covid-19 pertama di China tengah, termasuk Institut Virologi Wuhan (WIV).
"Kami tahu virus itu berasal dari China, namun, upaya Partai Komunis China (PKC) untuk mengaburkan kebenaran telah menyebabkan kematian yang tak terhitung jumlahnya dan penderitaan yang tidak perlu di seluruh dunia. Jelas bahwa Beijing hanya akan menanggapi tekanan bersama dari Amerika Serikat dan komunitas internasional," kata Rubio dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari
AFP, Kamis (13/1).
Dalam op-ed di Washington Examiner, Rubio menulis "kerahasiaan dan penghalangan terang-terangan" dari hari-hari awal pandemi berarti asal virus masih menjadi misteri dua tahun kemudian—dan setelah hilangnya lebih dari 840.000 nyawa orang Amerika dan jutaan lainnya di seluruh dunia.
"Ini benar-benar tidak dapat diterima. Dunia berhak mengetahui kebenaran tentang COVID-19, dan pemerintah AS harus menghukum mereka yang menyembunyikan fakta," katanya.
Pada Februari 2021, lebih dari setahun setelah pandemi dimulai, tim ahli WHO dan China menyimpulkan bahwa SARS-CoV-2, virus penyebab COVID, tidak mungkin muncul sebagai akibat dari kecelakaan laboratorium.
Temuan tersebut menunjukkan asal-usul zoonosis menjadi penyebab virus, namun banyak pihak yang meragukan hasil penelitian itu.
Lima bulan kemudian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meluncurkan fase kedua penyelidikan penelusuran asal mula virus.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan apa yang disebut hipotesis "kebocoran lab" telah dikesampingkan terlalu cepat. Dia kemudian meminta agar kembali dilakukan penyelidikan lingkungan di dalam dan sekitar Wuhan serta fasilitas seperti WIV.
China menolak proposal itu sepenuhnya, menggambarkan rencana itu sebagai sesuatu yang tidak mungkin dilakukan.
BERITA TERKAIT: