Nongnut, seorang penjual daging babi di Pasar Huai Khwang, mengatakan bahwa tanpa intervensi pemerintah yang tepat waktu, harga rata-rata daging babi di pasar akan segera mencapai 300 baht (128 ribu ruoiah) per kilogram, yang tidak terjangkau bagi banyak orang.
"Harga yang melonjak telah menyebabkan penjualan turun lebih dari setengahnya," katanya, seperti dikutip dari
Bangkok Post, Senin (10/1).
Para penjual juga mendesak pemerintah untuk mengesampingkan kekhawatirannya terhadap kelangsungan ekonomi peternakan babi untuk saat ini dan mulai mengimpor daging babi, dengan mengatakan harga tinggi merugikan semua orang.
"Semakin lama situasi tidak terselesaikan, semakin buruk masalah bagi vendor dan konsumen," kata pedagang.
Thongdi, seorang konsumen di pasar Huai Khwang, setuju dengan pernyataan para pedagang. Ia mengatakan kenaikan harga telah memaksanya untuk mengurangi pembelian daging babi.
Seruan impor datang saat pemerintah meluncurkan survei untuk menetapkan stok babi hidup dan babi beku di negara itu, yang hasilnya akan menentukan tindakan selanjutnya.
Wattanasak Sur-iam, direktur jenderal Departemen Perdagangan Dalam Negeri, mengatakan pemerintah akan mulai mengirimkan tim untuk mensurvei stok daging babi di seluruh negeri.
Idenya adalah untuk menentukan pasokan daging babi nasional setiap minggu sampai situasi teratasi.
Pemerintah juga telah bergerak untuk menangguhkan ekspor babi hidup hingga 5 April, serta mewajibkan peternak babi, pedagang grosir, dan operator fasilitas pembekuan makanan untuk melaporkan stok mereka setiap minggu.
Namun, Niphat Nueanim, wakil presiden Asosiasi Pembudidaya Babi Thailand, mengatakan langkah itu hanyalah langkah sementara yang tidak akan menurunkan harga daging babi dalam jangka panjang.
Secara terpisah, juru bicara pemerintah Thanakorn Wangboonkongchana pada hari Minggu menanggapi rumor yang menuduh pemerintah menutupi wabah demam babi Afrika (ASF) di negara itu.
"Otoritas peternakan Thailand berkewajiban untuk melaporkan setiap kasus ASF ke Organisasi Kesehatan Hewan Dunia dan tidak akan pernah menyembunyikan wabah dari seluruh dunia," katanya.
Dia mengatakan Departemen Pengembangan Peternakan sedang memantau dengan cermat setiap kasus dugaan penyakit tersebut, yang telah mengakibatkan pemusnahan lebih dari 500 juta babi di China.
BERITA TERKAIT: