Wallace mengatakan hal itu karena Ukraina bukanlah negara anggota NATO, dan bahwa Kiev mengetahui situasi tersebut.
“Fakta (bahwa Ukraina) bukan anggota NATO, jadi sangat tidak mungkin ada orang yang akan mengirim pasukan ke Ukraina untuk menantang Rusia,†kata Wallace kepada The Spectator, seperti dikutip dari
Russian Today, Minggu (19/12).
“Ukraina menyadari hal itu,†tambah Wallace, menjelaskan bahwa serangan ke Ukraina tidak akan secara otomatis dianggap sebagai serangan terhadap NATO. Berdasarkan Pasal 5 piagam pendirian blok tersebut, semua negara anggota NATO terikat secara hukum untuk saling membela.
Wallace juga mengulangi klaim yang dibuat oleh beberapa pejabat Barat dan media bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengumpulkan pasukan dan perangkat keras militer di dekat perbatasan Ukraina dengan kemungkinan niat untuk melancarkan invasi.
“Penumpukan militer Rusia adalah untuk suatu tujuan. Kami tidak yakin bahwa (Putin belum) benar-benar membuat keputusan. Namun, bagaimanapun, tindakan dan persiapan militernya menunjukkan hal itu,†kata Wallace.
“Kita semua harus khawatir," ujarnya.
Menteri mengatakan bahwa London telah mendukung Ukraina secara diplomatis, dan memperingatkan Rusia tentang konsekuensi jika menyerang tetangganya.
Moskow secara konsisten membantah memiliki rencana untuk serangan militer di Ukraina. Putin mengatakan kepada wartawan bulan ini bahwa Rusia melakukan “kebijakan luar negeri yang damai,†tetapi akan membela kepentingan keamanannya.
Presiden Rusia mengatakan Moskow khawatir bahwa Ukraina dapat bergabung dengan NATO di masa depan, yang akan mengarah ke pangkalan militer Barat dan senjata yang dikerahkan di wilayahnya.
Rusia juga telah mengusulkan perjanjian non-agresi, yang diajukan ke NATO dan AS minggu ini, yang akan melarang perluasan lebih lanjut dari blok tersebut di sepanjang perbatasan barat Rusia. Jika ditandatangani, kesepakatan itu secara efektif akan membuat Ukraina tidak mungkin bergabung dengan NATO.
BERITA TERKAIT: