Peringatan itu dikeluarkan saat mantan perdana menteri Australia Tony Abbott menyatakan dukungannya untuk Taiwan selama kunjungannya ke pulau itu.
Abbott, yang memimpin pemerintah Australia antara tahun 2013 hingga 2015, menyampaikan pidato di sebuah konferensi di Taipei pada hari Jumat (8/10). Dalam pidatonya, dia mendesak masyarakat internasional untuk menunjukkan “solidaritas†dengan pulau itu.
Sang mantan perdana menteri juga memperingatkan bahwa setiap upaya pemaksaan akan memiliki konsekuensi yang tidak terhitung bagi China.
Abbott melangkah lebih jauh dengan mengatakan bahwa Washington dan Canberra kemungkinan akan membantu Taiwan jika konflik meningkat dengan pasukan China.
"Saya tidak percaya Amerika bisa berdiri dan melihat (Taiwan) ditelan," kata Abbott dalam pidatonya.
“Saya tidak percaya Australia akan acuh tak acuh terhadap nasib sesama demokrasi yang berpenduduk hampir 25 juta orang," sambungnya, seperti dikabarkan
Russia Today.
Kunjungan Abbott ke Taiwan sbenarnya bukan merupakan kunjungan resmi. Karena Abbott saat ini tidak menduduki peran apa pun dalam pemerintahan Australia.
Namun sikap dan pidato Abbott yang menyentil China membuat negeri tirai bambu geram. Pasalnya, bagi China, Taiwan merupakan bagian dari wilayahnya yang "membandel".
Dalam sebuah opini berapi-api yang diterbitkan oleh
The Global Times awal pekan ini, presiden Asosiasi Studi Australia China, Chen Hong, menggambarkan kedatangan veteran politik Australia di Taipei itu hanya sebagai salah satu dari banyak “tindakan kecerobohan dari Canberra†baru-baru ini terhadap China.
BERITA TERKAIT: