Survei pemeriksaan kesehatan mental yang dilakukan antara 19-25 September itu dilakukan terhadap 2.045 siswa, dan menemukan hasil bahwa lebih dari 29 persen responden survei melaporkan lebih banyak kecemasan dan stres sejak kelas mereka dipindahkan secara online, sementara sekitar 17 persen lainnya merasa lelah secara mental.
Survei itu juga mencatat bahwa siswa berusia muda tiga kali lebih mungkin mengalami kecemasan daripada orang dewasa.
"Pandemi telah berdampak buruk pada kesehatan mental anak-anak, dengan begitu banyak waktu mereka dihabiskan untuk fokus pada kelas online," kata Direktur Jenderal DMH, Amporn Benjaponpitak, seperti dikutip dari
Bangkok Post, Kamis (7/10).
"Sebagian besar masalah kesehatan mental dapat ditelusuri kembali ke kendala pada kehidupan sosial anak-anak, karena sekolah telah ditutup sejak April, yang berarti interaksi mereka terbatas pada kelas online," katanya.
Thailand telah melakukan sejumlah upaya untuk kembali memberlakukan pelajaran tatap muka pada November mendatang, dan mendorong orang tua untuk mengizinkan anak-anak mereka divaksinasi terhadap Covid-19.
Namun, beberapa orang tua masih takut dengan efek samping vaksin pada anak-anak mereka.
Amporn mengatakan orang tua harus berbicara dengan anak-anak mereka tentang masalah ini, karena hanya mereka yang telah divaksinasi yang diizinkan kembali ke sekolah.
"Belajar di sekolah bisa mengurangi stres mereka," katanya.
“Meski demikian, kita tidak boleh mendiskriminasi anak-anak yang tidak divaksinasi, karena pada akhirnya, itu adalah pilihan mereka,†tambahnya.
Sekretaris tetap Kementerian Pendidikan, Suphat Champatong mengatakan bahwa hingga Rabu (6/10), pemerintah telah memberikan 40.000 dosis vaksin Pfizer kepada siswa di 15 provinsi.
"Secara total, 3,77 juta siswa telah mendaftar untuk mendapatkan kesempatan, setara dengan 74,4% dari 5,07 juta siswa di seluruh Thailand," katanya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: