Seorang pejabat negara Filipina telah meramalkan bahwa ekonomi negaranya akan membutuhkan lebih dari satu dekade untuk kembali ke pertumbuhan pra-pandemi.
Pernyataan Sekretaris Perencanaan Ekonomi Karl Kendrick Chua itu beralasan, mengingat penguncian dan pembatasan lain yang bertujuan memperlambat penyebaran virus corona telah menghancurkan ekonomi negara Asia Tenggara itu, membuat jutaan orang kehilangan pekerjaan dan membuat banyak keluarga miskin kelaparan.
“Total biaya jangka panjang kami dari Covid dan karantina baik untuk masyarakat sekarang dan masa depan – yang berarti anak-anak dan cucu kami – akan mencapai 41,4 triliun peso (setara 810 miliar dolar AS)," kata Chua, seperti dikutip dari
AFP, Kamis (30/9).
Angka tersebut lebih dari dua kali produk domestik bruto Filipina pada 2020, yang diperkirakan Bank Dunia sebesar 361,5 miliar dolar AS.
"Kerugian akan terasa selama 10 hingga 40 tahun ke depan," kata Chua.
Chua menambahkan, produktivitas yang lebih rendah yang disebabkan oleh kematian, penyakit, atau kurangnya sekolah selama pandemi kemungkinan akan permanen.
"Hampir 70 persen ekonomi, termasuk 23,3 juta pekerja, berada di bawah pembatasan karantina," kata Chua.
Dia juga mengingatkan, bahwa penguncian telah menyebabkan kelaparan yang lebih besar dan bukan jawaban atas pandemi.
Hingga saat ini Filipina telah mencatat lebih dari 2,5 juta infeksi, termasuk lebih dari 38.000 kematian.
Lebih dari seperempat populasi orang dewasa telah divaksinasi penuh di tengah peluncuran vaksinasi yang tertunda dan lambat.
BERITA TERKAIT: