Konflik terjadi lantaran kelompok Taliban melancarkan tindakan agresif untuk merebut kekuasaan di wilayah-wilayah Afghanistan sebelum akhirnya masuk ke ibukota Kabul dan resmi mengambil alih kekuasaan negara pada 15 Agustus lalu.
Ribuan orang melarikan diri dari rumah mereka karena takut nyawa mereka terancam. Sebagian ada yang berhasil dievakuasi oleh bantuan negara asing, namun tidak sedikit yang terdampar di ibukota Kabul tanpa tujuan yang pasti.
Beberapa tempat di Kabul pun berubah menjadi tempat pengungsian dadakan sejak setidaknya dua bulan belakangan, di mana banyak pengungsi lokal yang mendirikan tenda ala kadarnya untuk tempat berteduh.
Mereka hidup jauh dari kondisi layak. Pasokan air, makanan, sanitasi dan medis sangat terbatas sehingga membuat kondisi mereka semakin memprihatinkan.
Padahal, saat ini dunia masih menghadapi ancaman pandemi Covid-19. Pengungsi Afghanistan menghadapi lebih banyak ancaman kesehatan, selain virus corona.
Sebuah organisasi nirlaba yakni International Medical Corps turun tangan untuk memberikan bantuan medis para pengungsi Afghanistan di Kabul.
Seorang dokter yang membantu di International Medical Corps mengatakan kepada
Kantor Berita Politik RMOL bahwa banyak pengungsi yang mengeluhkan gejala-gejala Covid-19.
"Banyak orang terkena berbagai gejala sepert flu, sakit tenggorokan dan diare," ujar dokter tersebut.
Pihaknya pun memberikan bantuan semampunya.
"Kami memiliki tipe bantuan medis yang berbeda. Jika menghadapi kasus yang darurat, kami akan membawa mereka ke rumah sakit terdekat" jelasnya.
Namun, masalah medis yang dihadapi oleh para pengungsi bukan hanya. soal Covid-19.
"Beberapa orang mengalami masalah medis lain seperti gangguan mental hingga malnutrisi," sambungnya.
BERITA TERKAIT: