Menurut keterangan pejabat senior Federasi Sepak bola Pakistan Umar Zia, sekitar 34 orang lainnya dari rombongan tersebut akan menyusul tiba pada besok hari (Kamis, 16/9).
Mereka akan tinggal sementara waktu di Pakistan sambil mencari suaka politik di negara ketiga karena khawatir akan keselamatan diri mereka jika tetap bertahan di Afghanistan.
Bukan tanpa alasan, pasalnya mereka berstatus sebagai atlet wanita. Sedangkan kelompok Taliban yang kini berkuasa di Afghanistan terkenal memiliki aturan ketat terhadap wanita, termasuk dalam aspek olahraga.
Pada masa pemerintahan Taliban tahun 1996 hingga 2001 silam, anak perempuan tidak diizinkan bersekolah dan wanita dilarang bekerja serta unjuk gigi dalam bidang olahraga. Ketakutan akan bayang-bayang masa lalu semacam itu kembali hadir setelah Taliban merebut kekuasaan pada 15 Agustus lalu.
Sejauh ini, tidak ada keterangan jelas soal kapan rombongan atlet remaja putri itu melintasi perbatasan dan bagaimana perjalanan mereka.
Namun sebagai sambutan, sejumlah pejabat setempat memberikan para atlet remaja putri itu karangan bunga merah saat mereka turun dari bus di kantor Federasi di Lahore pada hari Rabu (15/9).
Zia menjelaskan bahwa mereka akan tinggal di sana di bawah pengamanan ketat sebelum mengajukan suaka di negara ketiga.
"Mereka akan pergi ke beberapa negara lain setelah 30 hari karena beberapa organisasi internasional sedang bekerja untuk menempatkan mereka di negara lain, termasuk Inggris, Amerika Serikat dan Australia," katanya.
Reuters mengabarkan bahwa Organisasi internasional Football for Peace membantu mengatur keberangkatan mereka dari Afghanistan dan kedatangan di Pakistan.
BERITA TERKAIT: