Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Insinyur Indonesia Kembali ke Korea Selatan, Kerjasama Pembuatan KFX/IFX Dilanjutkan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/yelas-kaparino-1'>YELAS KAPARINO</a>
LAPORAN: YELAS KAPARINO
  • Sabtu, 11 September 2021, 11:35 WIB
rmol news logo Indonesia telah mengirimkan kembali insinyur dan teknisi dari PT Dirgantara Indonesia ke Korea Selatan untuk melanjutkan kerjasama pengembangan pesawat jet tempur KFX/IFX yang sempat terhenti tahun lalu akibat penyebaran pandemi Covid-19.

Kerjasama yang dimulai tahun 2011 ini menjadi semakin penting setelah Indonesia dan Korea selatan meningkatkan hubungan dari Strategic Partnership menjadi Special Strategic Partnership pada tahun 2017 lalu bersamaan dengan kunjungan Presiden Moon Jae-in ke Jakarta.

Demikian dikatakan Duta Besar Korea Selatan, Park Tae-sung, ketika menerima CEO Kantor Berita Politik RMOL Teguh Santosa di kantornya, Jumat lalu (10/9).

“Ketika kita memulai program ini kita memiliki mimpi dan visi yang sama yaitu agar Korea Selatan dan Indonesia sebagai kekuatan menengah dapat menjadi negara yang mampu memproduksi dan menggunakan pesawat jet tempur. Mimpi ini telah berlangsung selama sepuluh tahun lebih,” ujarnya.

Pada bulan April lalu Korea Selatan meluncurkan prototype pertama yang diberi nama KF-21 Boromae.

Dalam acara roll out prototype pertama itu Presiden Joko Widodo menyampaikan ucapan selamat melalui video yang ditayangkan di lokasi kegiatan. Sementara Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menghadiri kegiatan secara langsung.

“Dalam kesempatan itu baik Presiden Jokowi maupun Menhan Prabowo telah menyatakan keinginan Indonesia untuk meneruskan pengembangan bersama K-FX/I-FX ini,” ujar Dubes Park lagi.

“Pada akhir bulan Agustus kemarin para teknisi Indonesia dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI) sudah berangkat kembali ke Korea Selatan untuk melanjutkan kegiatan. Di tahap ini baru 32 orang teknisi yang kembali. Rencananya, lebih dari 100 teknisi dari Indonesia yang akan bekerja di sana tahun ini,” sambungnya menambahkan.

Apakah itu berarti sudah tidak ada lagi persoalan di antara kedua negara terkait pengembangan K-FX/I-FX ini, seperti soal skema pembiayaan cost sharing dan transfer of technology (TOT)?

Menjawab pertanyaan itu, Dubes Park mengatakan bahwa masih ada sejumlah perbedaan dan itu sedang dibahas oleh kedua negara.

Tetapi pada prinsipnya Dubes Park yakin kedua negara dapat  lebih mempersempit perbedaan pendapat. Apalagi, perselisihan yang ada mengenai hal-hal yang tidak terlalu substansial.

Saat ini, sambung Dubes Park, yang lebih penting adalah mengejar “ketertinggalan” insinyur-insinyur Indonesia selama 1,5 tahun terakhir.

Setelah meluncurkan prototype pertama, saat ini KAI sedang menyelesaikan prototype nomor dua, tiga, empat, dan lima. Nah, iInsinyur-insinyur Indonesia bertanggung jawab menyelesaikan pembuatan prototype nomor lima.

“Saya yakin kedua negara dapat melakukan kerjasama yang nyata. Indonesia akan menjadi negara pertama di ASEAN yang memproduksi jet tempur. Kita perlu mendorong agar kerjasama strategis ini berlangsung hingga 10 tahun mendatang. Dengan demikian saya dapat mengatakan K-FX/I-FX ini adalah kerjasama simbolik yang mewakili keseluruhan kerjasama kedua negara,” demikian Dubes Park. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA