Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Korea Selatan dan Indonesia Perkuat Kerjasama Pembuatan Vaksin

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/yelas-kaparino-1'>YELAS KAPARINO</a>
LAPORAN: YELAS KAPARINO
  • Sabtu, 11 September 2021, 17:37 WIB
rmol news logo Pemerintah Korea Selatan memasang target di akhir Oktober mendatang 70 persen warganegaranya telah menyelesaikan dua tahap vaksinasi Covid-19. Ini untuk menghindarkan peningkatan kasus seperti yang sempat terjadi di beberapa negara beberapa bulan lalu.

Sejauh ini vaksin yang digunakan di Korea Selatan adalah produksi AstraZeneca, Pfizer, Moderna, dan Johnson & Johnson. Sementara vaksin dari China belum mendapatkan izin penggunaan karena informasi medis yang dibutuhkan belum memadai.

Selain itu, Korea Selatan juga sedang melakukan kerjasama dengan Indonesia untuk mengembangkan vaksin bersama.

Demikian disampaikan Dutabesar Republik Korea Park Tae-sung ketika menerima CEO RMOL Network, Teguh Santosa, di ruang kerjanya di Kedubes Korea, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Jumat (10/9).

Saat ini sebanyak 62,6 persen warganegara Korea Selatan telah menerima vaksin tahap pertama. Dan sebanyak 37,8 persen telah merampungkan vaksinasi.

“Rasio vaksinasi ini relatif lebih rendah dibandingkan negara-negara maju lainnya karena dari awal jumlah kasus terkonfirmasi positif di Korea Selatan tidak begitu banyak. Sehingga vaksinasi kami mulai agak belakangan dibandingkan dengan negara-negara itu,” katanya lagi.

Dengan adanya penyebaran varian Delta pemerintah Korea Selatan semakin gencar mendorong dan mempercepat program vaksinasi. Pemerintah Korea Selatan memperkirakan di akhir Oktober nanti 70 persen warga negara kami telah mengikuti vaksinasi tahap kedua.

Dalam pertemuan, Dubes Park menceritakan perkembangan pandemi Covid-19 di negaranya. Sehari sebelumnya kasus positif baru di Korea Selatan tercatat sebanyak 1.892 orang. Sehingga secara akumulatif kasus positif di Korea Selatan menjadi sebanyak 269 ribu orang.

Adapun korban meninggal akibat pandemi Covid-19 menjadi sebanyak 2.348 jiwa. Dari angka ini rasio kematian akibat Cov id-19 di Korea Selatan berada di bawah 1 persen, atau sekitar 0,9 persen.

“Korea Selatan juga termasuk negara yang terdampak oleh varian Delta. Karena itulah saat ini kasus harian mencapai angka 1.800an per hari. Tetapi dua bulan sebelumnya penambahan kasus baru per hari hanya sekitar 500 kasus,” ujarnya.

Mengenai vaksin asal China yang belum mendapat izin penggunaan, Dubes Park mengatakan, pihaknya masih menunggu kelengkapan informasi medis yang dibutuhkan. otoritas Korea Selatan.

“Hal ini bukan hanya untuk vaksin dari China, melainkan juga untuk vaksin dari Rusia. Bila informasi medis terkait vaksin tersebut dinilai sudah memadai, otoritas medis kami akan memberikan izin penggunaan,” katanya lagi.

Saat ditanya mengenai apa yang dimaksud dengan informasi medis tersebut, Dubes Park mengatakan dirinya tidak dapat menjelaskan lebih detail karena tidak memiliki pengetahuan memadai mengenai hal itu.

Namun, sambung pria kelahiran Seoul, 1963 itu, informasi medis itu dibutuhkan dalam pengkajian ulang yang lebih lanjut terkait pengembangan dan uji klinis vaksin.

“Ketika kami meminta sejumlah data yang diperlukan untuk pengkajian lebih lanjut, data yang lebih sufficient, kordinasinya belum berjalan, dan syarat-syarat untuk pengkajian lebih lanjut belum terpenuhi. Sehingga sampai sekarang belum ada izin penggunaan untuk vaksin dari China,” kata dia lagi.

Kerjasama Vaksin dengan Indonesia

Dubes Park juga menceritakan pengembangan vaksin Covid-19 yang dilakukan Korea Selatan yang menggunakan teknologi mRNA dan DNA. Perusahaan Korea Selatan yang sangat serius melakukan pengembangan adalah SK Bioscience. Selain itu juga ada startup Genexine Healthcare.

Dalam proses pengembangan vaksin, salah satu elemen yang sangat penting adalah uji klinis. Di Korea Selatan jumlah kasus yang terkonfirmasi relatif rendah. Akibatnya persyaratan untuk melakukan uji klinis kurang memadai karena dibutuhkan pasien dalam jumlah yang cukup.

Selain itu, market di Korea Selatan yang berpenduduk sebanyak 50 juta jiwa juga dianggap tidak cukup besar dan ini menjadi tantangan tersendiri terkait perhitungan investasi dan bisnis.

Terlepas dari dilema itu, Dubes Park menegaskan, pemerintah Korea Selatan sangat menyadari bahwa pihaknya menilai membangun kemandirian dalam hal penyediaan vaksin Covid-19 adalah tugas negara yang sangat penting di era pandemi.

Karena itu pemerintah Korea Selatan memberikan insentif dana riset dan pengembangan (R&D) kepada perusahaan-perusahaan yang melakukan pengembangan vaksin. Sehingga walaupun pendapatan atau hasil (dari pengembangan vaksin) tidak terlalu besar bagi perusahaan, tetapi pemerintah Korea Selatan dapat membantut mereka dalam melakukan pengembangan.

Korea Selatan juga memiliki fasilitas pembuatan vaksin yang sangat berkembang dan maju di tingkat internasional. AstraZeneca, misalnya, sedang diproduksi di Korea Selatan untuk dipasarkan ke seluruh dunia. Moderna juga berharap dapat memproduksi vaksin mereka melalui perusahaan Bioscience di Korea Selatan. Vaksin Sputnik dari Rusia juga sedang memproduksi vaksin di Korea Selatan.

“Kami punya solusi untuk menyelesaikan masalah ini, dan solusinya adalah mendorong kerjasama internasional. Salah satu partner penting kami dalam pengembangan vaksin Covid-19 adalah Indonesia. Sebagai contoh, perusahaan Korea Selatan, Genexine, tengah mengembangkan bekerjasama dengan perusahaan Indonesia, Kalbe Farma,” masih kata Dubes Park.

“Melalui skema kerjasama ini sudah dilakukan uji klinis fase 2 dan fase 3 di Indonesia. Kalau sudah ada hasil dari uji klinis ini, kita sudah bisa memproduksi vaksin hasil kerjasama ini di Korea Selatan dan kemudian disuplai ke Indonesia,” sambung pejebat senior di Kementerian Perdagangan, Industri, dan Energi ini. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA