Pembekuan Aset dan Bantuan untuk Afghanistan Hanya Jadi Bumerang, Gelombang Besar Pengungsi Bisa Terjadi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Jumat, 10 September 2021, 12:13 WIB
Pembekuan Aset dan Bantuan untuk Afghanistan Hanya Jadi Bumerang, Gelombang Besar Pengungsi Bisa Terjadi
Warga Afghanistan ketika berusaha mengevakuasi diri ke Bandara Internasional Hamid Karzai setelah Taliban menguasai Kabul/Reuters
rmol news logo Kebijakan membekukan miliaran dolar aset dan dana donor untuk Afghanistan akan memicu krisis kemanusiaan besar, yang bisa memancing gelombang besar pengungsi.

Begitu peringatan yang disampaikan oleh Utusan Khusus Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk Afghanistan Deborah Lyons di hadapan Dewan Keamanan di New York, AS pada Kamis (9/9).

Lyons mengatakan, rakyat Afghanistan biasa akan sangat menderita jika masyarakat internasional menghentikan aliran bantuan hanya sebagai upaya penolakan terhadap kebangkitan Taliban.

"Kebijakan tersebut kemungkinan akan menjadi bumerang dan dapat menciptakan gelombang pengungsi yang miskin. Efek yang tak terhindarkan adalah ... lebih banyak lagi yang jatuh ke dalam kemiskinan dan kelaparan, dapat menghasilkan gelombang besar pengungsi dari Afghanistan," imbaunya, seperti dikutip RT.

Meski dunia kecewa atas pemerintahan baru yang diumumkan Taliban karena tidak menunjukkan inklusivitas yang dijanjikan, Lyons mengatakan, mengatasi krisis tidak bisa menunggu keputusan politik.

Sementara para petinggi sibuk dengan pembagian kekuasaan, jutaan warga Afghanistan sangat membutuhkan bantuan.

Kekhawatiran serupa juga disampaikan oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. Ia menyarankan agar dibuat instrumen keuangan tertentu untuk mengurangi tekanan ekonomi pada Afghanistan selain mencabut hukuman. Ia juga mendesak penyelesaian masalah dilakukan melalui dialog dengan Taliban.

“Ini demi kepentingan komunitas internasional, dan saya tidak berbicara tentang pencabutan sanksi atau pengakuan. Saya berbicara tentang langkah-langkah yang ditargetkan untuk memungkinkan ekonomi Afghanistan bernafas,” jelasnya.

Data dari PBB menunjukkan, lebih dari 18 juta warga Afghanistan saat ini membutuhkan beberapa bentuk bantuan, hampir dua kali lipat dari 9,4 juta yang dilaporkan pada tahun 2020. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA