Hamid Karzai yang memimpin Afghanistan dari tahun 2002 sampai 2014 bertemu dengan Duta Besar Republik Islam Pakistan, Mansour Ahmad Khan, Kamis pagi waktu Kabul (19/8).
Dalam pertemuan itu, turut hadir Ketua Dewan Rekonsiliasi Tertinggi Afghanistan Dr. Abdullah Abdullah yang menjadi tuan rumah dari pertemuan.
Hamid Karzai membentuk satu lembaga yang disebutkan sebagai Dewan Kordinasi sehari setelah Kabul jatuh ke tangan Taliban. Dewan Kordinasi itu terdiri dari dirinya, Dr. Abdullah Abdullah dan pemimpin Hezb-e-Islam Gulbuddin Hekmatyar.
Mereka melakukan pembicaraan dengan pihak Taliban sejak hari Senin (16/8). Dari pertemuan dengan Taliban itulah terdengar janji Taliban akan membentuk pemerintahan inklusif yang melibatkan berbagai kelompok politik.
Informasi mengenai pertemuan dengan Dubes Pakistan tersebut diunggah Hamid Karzai di akun Twitternya beberapa saat lalu.
“Situasi terakhir negeri dan proses politik inklusif serta legitimasi internasional didiskusikan dalam pertemuan itu,†tulis akun Twitter @KarzaiH.
Tidak sedikit netizen yang mengomentari pertemuan itu dengan nada sinis. Mereka mengecam Hamid Karzai dan Abdullah Abdullah yang menurut mereka telah menjual Afghanistan kepada pihak Pakistan yang dikenal sebagai induk semang Taliban.
Hamid Karzai adalah pemimpin politik tertinggi Afghanistan setelah kekalahan Taliban pada tahun 2001. Ia diangkat dalam Loya Jirga yang digelar tahun 2002. Ini adalah mekanisme tradisional di kalangan masyarakat Afghanistan dalam menentukan pemimpin. Dukungan untuk Hamid Karzai dari kalangan pemimpin-pemimpin suku ketika itu sangat kuat.
Ashraf Ghani, mantan Presiden Republik Islam Afghanistan yang telah melarikan diri adalah mantan Menteri Keuangan dalam pemerintahan Hamid Karzai ketika itu.
Di tahun 2009, Ashraf Ghani menantang Hamid Karzai dalam pemilihan umum. Namun Hamid Karzai masih terlalu kuat untuk dikalahkan. Baru dalam pilpres 2014 Ashraf Ghani dapat merebut kursi presiden Afghanistan setelah mengalahkan lawan terkuatnya Abdullah Abdullah.
Di tahun 2019 Ashraf Ghani kembali mempertahankan kekuasaan. Namun dengan dukungan dari akar rumput yang sangat minim.
BERITA TERKAIT: