Sukses Bikin Tikus Jantan Hamil Dan Melahirkan, Ilmuwan Dari Universitas Di China Dikeroyok Netizen

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 21 Juni 2021, 10:43 WIB
Sukses Bikin Tikus Jantan Hamil Dan Melahirkan, Ilmuwan Dari Universitas Di China Dikeroyok Netizen
Ilustrasi/Net
rmol news logo Keberhasilan para ilmuwan dari Naval Medical University di Shanghai, China, menciptakan tikus jantan yang bisa melahirkan dalam riset kontroversialnya telah menimbulkan perdebatan di antara para pecinta hewan dan netizen.

Tagar Weibo terkait dengan penelitian yang diposting di server pracetak bioRxiv.org pada hari Rabu (16/6) bahkan telah dilihat lebih dari 330 juta kali pada hari Sabtu, dengan komentator bertanya-tanya apakah itu akan mengarah pada ‘ibu laki-laki’.

“Ini bertentangan dengan hukum alam. Apa pentingnya penelitian semacam ini?” tulis salah satu netizen, seperti dikutip dari SCMP, Senin (21/6).

“Prosesnya cukup kejam. Ini seperti mengubah tikus jantan dan betina menjadi inkubator,” kata yang lainnya.

Sementara Ge Wei, ketua profesor fakultas ilmu kesehatan di Universitas Makau, mengatakan klaim bahwa para peneliti telah menciptakan keturunan pada laki-laki “benar-benar salah dan menyesatkan.”

Penasihat kebijakan sains senior People for the Ethical Treatment of Animals (PETA), Emily Mclvor, juga mengatakan bahwa pembedahan dan mutasi yang dialami tikus jantan selama berminggu-minggu adalah hal yang tidak etis.

“Tikus punya sistem saraf seperti manusia. Mereka merasakan sakit, ketakutan, kesepian, dan kegembiraan, sama seperti manusia,” katanya.

Dalam percobaan kontroversialnya disebutkan, bahwa dua peneliti di Naval Medical University itu mula-mula menggabungkan tikus betina dan jantan yang dikebiri. Peneliti membuat sedikitnya 46 pasangan tikus parabiotik, di mana tubuh betina dan jantan dijahit menjadi satu untuk berbagi darah.

Setelah delapan minggu, mereka mulai mentransplantasi rahim ke tikus jantan. Setelah tikus pulih, ilmuwan kemudian menanamkan 842 embrio tahap awal di rahim tikus dan betina, terdiri dari 562 embrio betina dan 280 embrio jantan.

Sekitar 14 hari kemudian, peneliti melakukan operasi caesar untuk mengeluarkan janin tikus dan bayi-bayi itu untuk diasuh oleh ibu pengganti. 10 anak tikus sehat dikirim ke jantan dan bertahan hingga dewasa, kendati tingkat keberhasilannya terpantau rendah, yakni hanya sekitar 3,68 persen.

Embrio yang sehat berkembang hanya 30 persen tikus parabiotik betina. Sementara embrio yang mati usai ditanamkan pada tikus jantan berkembang abnormal. Sebelumnya, peneliti pernah menanamkan embrio ke tubuh jantan tanpa rahim, dan berakhir gagal. Dari sinilah penelitian lebih lanjut itu dilakukan.

“Penelitian kami mengungkapkan kemungkinan perkembangan embrio normal pada hewan mamalia jantan, dan itu mungkin memiliki dampak besar pada penelitian biologi reproduksi,” tulis para peneliti.

“Sepengetahuan kami, belum pernah dilaporkan sebelumnya bahwa kehamilan jantan dapat dicapai pada hewan mamalia," lanjut mereka.

Meski mendapat kecaman dari aktivis hewan, peneliti mengklaim bahwa risetnya itu telah mengikuti ‘pedoman etika lokal’ untuk mengurangi penderitaan hewan selama percobaan berlangsung.

Ini artinya, peneliti telah meminimalkan jumlah tikus yang dilibatkan dalam penelitian dan melakukan prosedur bedah dengan anestesi.

“Tidak ada tikus yang 'menunjukkan tanda-tanda rasa sakit' selama penelitian, yang menggunakan metode bedah pada penelitian tikus sebelumnya. Meskipun mungkin tampak mengejutkan, parabiosis adalah praktik ilmiah yang relatif umum,” tulis mereka. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA