Investigasi Peternakan Di China, Ahli: Praktik Yang Tidak Layak Bisa Menjadi Sumber Virus

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 16 Maret 2021, 11:00 WIB
Investigasi Peternakan Di China, Ahli: Praktik Yang Tidak Layak Bisa Menjadi Sumber Virus
Salah satu peternakan hewan di China/Net
rmol news logo Setidaknya 13 peternakan di China dinilai tidak layak dan berindikasi menyebarkan virus. Para ahli yang melakukan investigasi selama dua bulan mengatakan, kebanyakan dari peternakan itu melakukan penyiksaan terhadap hewan hingga terluka parah dan stress.

Kondisi kandang pun nampak sangat kotor dan menyedihkan. Dengan kondisi  seperti itu, adalah bom waktu untuk pandemi mematikan.

China adalah penghasil bulu terbesar dunia. Namun, pemandangan di peternakan-peternakan ini begitu miris. Para ahli dan pegiat mengatakan, pemandangan menyedihkan dari hewan yang mengalami penyiksaan dan disimpan di kandang kecil, kerontang, bergaya pabrik peternakan, sangat sistemik bagi industri bulu. Bukan saja di China, kondisi seperti ini dapat dijumpai di peternakan di seluruh Eropa dan Amerika Utara.

Anjing rakun yang disetrum hingga menunggu kematian yang lambat dan menyakitkan akibat serangan jantung, barisan rubah yang disiksa dan terlihat berputar dan mondar-mandir, menunjukkan gejala penurunan mental akibat perampasan lingkungan.'

Setahun setelah Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi global, pemandangan hewan-hewan ini dikurung bersama dalam kandang kecil, beberapa berserakan dengan darah dan potongan daging dari hewan yang disembelih, menimbulkan kekhawatiran besar. Apalagi, daging-daging hewan itu disembelih dan dijual ke restoran lokal.

Para ilmuwan mengatakan, bahwa stres ekstrim pada hewan yang ditahan juga meningkatkan skala 'pelepasan virus'. Hal ini menempatkan kita semua pada risiko berjangkitnya penyakit zoonosis lebih lanjut - yang menyebar dari hewan ke manusia.

Claire Bass, direktur eksekutif HSI Inggris mengatakan, “Dalam beberapa bulan terakhir, publik dihadapkan pada fakta bahwa peternakan bulu bukan hanya tempat penderitaan hewan yang sangat besar, tetapi juga dapat bertindak sebagai pabrik virus.

“Kondisi kehidupan di peternakan bulu, yang mengurung spesies liar dengan kondisi yang tidak layak, dengan kandang yang sempit, penuh, dan gagal memenuhi kebutuhan paling dasar kesejahteraan hewan, membuat mereka sangat tertekan, yang dapat menyebabkan sistem kekebalan mereka terganggu," kata Bass, seperti dikutip Mirror, Senin (15/3).

Cerpelai, rubah, dan anjing rakun semuanya mampu terinfeksi virus corona, dan wabah virus SARS-CoV-2 di peternakan bulu di seluruh Eropa dan Amerika Utara, menurut Bass.

"Kami menghadapi kenyataan yang menakutkan bahwa pabrik peternakan bulu menciptakan kondisi yang ideal untuk penyakit menyebar dari satu hewan ke hewan lain, dan virus bermutasi menjadi bentuk yang berpotensi mematikan bagi manusia."

Penyelidikan dilakukan hanya beberapa hari setelah Four Paws, sebuah organisasi kesejahteraan hewan, menulis kepada kepala PBB dan Organisasi Kesehatan Dunia menuntut perombakan radikal tentang bagaimana manusia memperlakukan hewan untuk mencegah pandemi di masa depan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA