Beijing Enggan Beri Data Mentah Corona, AS: Laporan Harus Bebas Intervensi China!

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Minggu, 14 Februari 2021, 06:32 WIB
Beijing Enggan Beri Data Mentah Corona, AS: Laporan Harus Bebas Intervensi China<i>!</i>
Ilustrasi/Net
rmol news logo Penolakan China untuk memberikan data mentah kasus-kasus awal wabah Covid-19 kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memancing kritikan tajam dari Amerika Serikat (AS).

Penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan juga menyatakan keprihatinan Washington atas laporan tim ahli WHO terkait misi asal-usul virus corona.

Dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (13/2), Sullivan mencatat pentingnya melindungi kredibilitas WHO, mengingat Presiden Joe Biden juga telah membatalkan rencana pendahulunya, Donald Trump untuk keluar dari badan PBB itu.

"Melibatkan kembali WHO juga berarti mempertahankannya pada standar tertinggi. Kami memiliki keprihatinan yang mendalam mengenai cara temuan awal investigasi Covid-19 dikomunikasikan dan pertanyaan mengenai proses yang digunakan untuk menjangkau mereka," kata Sullivan, seperti dikutip Reuters.

Sehari sebelumnya, Jumat (12/2), Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan kemungkinan mengenai asal-usul virus corona masih terbuka. Pernyataan itu muncul setelah Washington ingin meninjau kembali data dari tim ahli yang dipimpin oleh WHO untuk melakukan misi penyelidikan asal-usul virus corona ke China selama empat pekan.

Dalam laporan awalnya, tim ahli menyebut tidak menemukan indikasi bahwa virus corona lolos dari laboratorium Wuhan yang selama ini diklaim oleh Trump.

"Laporan ini harus independen, dengan temuan ahli yang bebas dari intervensi atau perubahan oleh pemerintah China," tegas Sullivan.

"Untuk lebih memahami pandemi ini dan bersiap untuk pandemi berikutnya, China harus menyediakan datanya sejak hari-hari paling awal wabah," tambahnya.

Ahli penyakit menular dari Australia yang menjadi anggota tim ahli, Dominic Dwyer menyebut pihaknya telah meminta data mentah 174 kasus pertama Covid-19 di China pada Desember 2019, serta kasus-kasus lainnya. Kendati begitu, data yang diberikan hanya ringkasan.

"Entah karena alasan politik atau waktu atau sulit. Tapi apakah ada alasan lain mengapa datanya tidak tersedia? Saya tidak tahu. Kita hanya akan berspekulasi," tandas Dwyer. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA