Ribuan orang berhamburan di jalan-jalan di Yangon pada Minggu (8/2). Unjuk rasa tersebut dilakukan setelah puluhan ribu orang di seluruh negeri ikut mengecam kudeta militer pada Sabtu (7/2).
Dilaporkan
CNA, unjuk rasa warga diramaikan dengan klakson-klakson mobil. Para pengunjuk rasa mengangkat spanduk dan bendera merah milik partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD). Tidak lupa gerakan tiga jari juga dilakukan oleh mereka.
"Kami tidak ingin kediktatoran militer!" begitu seruan warga yang marah.
"Saya sangat benci kudeta militer dan saya tidak takut akan tindakan keras," ujar seorang mahasiswa berusia 20 tahun, Kyi Phyu Kyaw.
"Saya akan bergabung setiap hari sampai Amay Suu (Ibu Suu) dibebaskan," lanjutnya, merujuk pada nama panggilan Aung San Suu Kyi.
Para pengunjuk rasa diketahui berencana mengadakan aksi di Balai Kota Yangon. Sayangnya akses ke sana diblokir oleh polisi dan barikade. Akhirnya para pengunjuk rasa berpencar menjadi beberapa kelompok untuk mencari jalan.
Kemarahan warga sendiri dibalas dengan pemutusan akses internet oleh militer. Lantaran di media sosial, kecaman terhadap kudeta militer semakin bermunculan.
Militer di Myanmar merebut kekuasaan dari pemerintah sipil pada awal pekan. Sebelumnya mereka menangkap dan menahan pemimpin Aung San Suu Kyi dan sejumlah pejabat NLD serta para aktivis.