Perang Media, China Tuduh BBC Dapat Hasutan Dari Intel AS Dan Inggris

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Jumat, 05 Februari 2021, 12:55 WIB
Perang Media, China Tuduh BBC Dapat Hasutan Dari Intel AS Dan Inggris
BBC/Net
rmol news logo China dibuat geram dengan laporan-laporan yang dimuat oleh media-media Inggris. Kemarahan Beijing memuncak ketika Ofcom Inggris mencabut lisensi CGTN.

BBC pada Rabu (3/2) melaporkan bahwa wanita Uighur yang berada di kamp-kamp pehananan kerap mengalami pemerkosaan, pelecehan seksual, hingga penyiksaan.

Laporan tersebut memicu kecaman internasional terhadap China, di mana Inggris dan Amerika Serikat (AS) menjadi dua negara yang vokal.

Setelah itu, pada Kamis (4/2), Ofcom Inggris mencabut lisensi CGTN, media yang memiliki keterkaitan dengan CCTV yang dimiliki oleh pemerintah China. Pencabutan dilakukan karena Partai Komunis dianggap berperan dalam editorial CGTN.

Pada hari yang sama, The Telegraph melaporkan Inggris telah mengusir tiga mata-mata China pada tahun lalu.

Kementerian Luar Negeri China kemudian mengeluarkan pernyataan kecaman kepada BBC. Kementerian menyebut BBC menyebarkan berita palsu dan mempolitisasi pandemi Covid-19.

Dalam beberapa pekan terakhir, media China dan Inggris kerap berseteru. Media China menyebut laporan dari media Inggris penuh bias, mulai dari pandemi Covid-19, situasi di Xinjiang, hingga Hong Kong.

"Saya sangat curiga bahwa BBC telah dihasut oleh badan intelijen AS dan Inggris. Itu telah menjadi benteng perang opini publik Barat melawan China," ujar pemimpin redaksi Global Times yang didukung Partai Komunis, Hu Xijin, seperti dikutip Reuters.

Kritik terhadap BBC bahkan menjadi trending teratas di media sosial China, Weibo pada Jumat (5/2).

Beberapa orang menyerukan agar China mengeluarkan markas BBC di Beijing, sebagai tanggapan atas pencabutan lisensi CGTN.

“BBC sudah lama bermarkas di Beijing, namun selalu menyimpan prasangka ideologis dan menyiarkan berita palsu dari platformnya, dengan sengaja mencemarkan nama baik China. Setelah bertahun-tahun, sudah waktunya kami mengambil tindakan," ucap seorang pengguna Weibo. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA