Jurubicara pemerintah Anucha Burapchaisri mengatakan, Angkatan Laut Thailand sudah mendiskusikan penundaan pembelian dua kapal selam dari China.
Kendati ditunda, Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha menegaskan, kesepakatan pembelian kapal selam masih berjalan.
"Kami sudah berbicara dengan China, Angkatan Laut bernegosiasi terkait kemungkinan penundaan pembayaran tahun depan," ujar Payuth seperti dikutip
AFP, Selasa (1/9).
"Kami tidak dapat berhenti, ini adalah bagian dari rencana pengembangan kekuatan," sambungnya.
Keputusan untuk menunda pembelian dua kapal selam dari China tersebut dilakukan setelah rakyat Thailand berbondong-bondong mengkritik pemerintah.
Melalui berbagai media, rakyat menegaskan pembelian kapal selam di tengah krisis Covid-19 sangat tidak tepat, terlebih saat ini Thailand mengalami krisis terburuk selama beberapa dekade.
Alih-alih untuk pembelian kapal selam, miliaran dolar tersebut dapat dialokasikan sebagai stimulus pemulihan pandemik Covid-19.
Protes rakyat bahkan menjadikan tagar "Orang Tidak Ingin Kapal Selam" sebagai
trending topic di Twitter.
Kesepakatan pembelian dua kapal selam dilakukan oleh Thailand pada 2015. Ketika itu, Thailand menjadi salah satu negara pertama yang membeli perangkat tempur dari China.
Kemudian pada 2017, Thailand sudah menyelesaikan pembelian tiga kapal selam Yuan Class S26T, di mana satu unitnya dihargai 434 juta dolar AS.
Sementara itu, pada awal Agustus, komite parlemen telah menyetujui pembelian dua kapal selam lainnya dengan total nilai 22,5 miliar bath yang akan diangsur sebanyak tujuh kali per tahun.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: