Pihak kepolisian menutup pusat kota Lutsk, sekitar 400 kilometer dari ibu kota Kiev, dan meminta penduduk untuk tidak meninggalkan rumah atau tempat kerja mereka. Mereka mengatakan layanan keamanan SBU, yang memerangi terorisme dan terlibat dalam kontra intelijen telah mengepung bus setelah dua tembakan dilepaskan dari sana.
“Penyerang melemparkan granat dari bus, yang untungnya, tidak meledak," kata sebuah pernyataan, seperti dikutip dari AFP, Selasa (21/7).
Rekaman video dan gambar yang diterbitkan oleh media lokal menunjukkan polisi bersenjata lengkap tengah mengelilingi bus berwarna biru dan putih dengan beberapa jendela yang telah hancur.
Kantor jaksa agung mengatakan penyerang mengklaim ada alat peledak terpisah yang terletak di tempat umum di kota tempat sekitar 200 ribu warga yang bisa diledakkan dari jarak jauh.
“Penyandera itu awalnya melakukan kontak dengan polisi dan mengaku dirinya sebagai Maksym Plokhoy (nama samaran yang diterjemahkan menjadi "bad Maxim") kata wakil menteri dalam negeri, Anton Gerashchenko.
Gerashchenko mengatakan pria itu kemudian diidentifikasi sebagai Maksym Kryvosh, seorang pria berusia berusia 44 tahun dari wilayah Orenburg Rusia.
“Kryvosh sebelumnya menghabiskan sekitar 10 tahun di penjara atas berbagai tuduhan termasuk penipuan dan kepemilikan senjata secara ilegal,†kata Gerashchenko.
Polisi mengatakan Kryvosh diyakini telah menjalani perawatan kejiwaan.
Gerashchenko mengatakan kepada AFP sebelumnya bahwa penegak hukum sedang melakukan pembicaraan dengan Kryvosh dengan harapan krisis akan selesai dengan jalan negosiasi.
Sementara itu, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky menggambarkan penyanderaan itu sebagai sesuatu yang mengganggu. Ia mengatakan para penegak hukum tengah melakukan segala upaya pembebasan sandera dan meminimalisir jatuhnya korban.
“Setiap upaya sedang dilakukan untuk menyelesaikan situasi tanpa korbanâ€, kata Presiden.
Menteri Dalam Negeri Arsen Avakov tiba di wilayah itu untuk mengoordinasikan respons krisis.
Ukraina telah memerangi separatis yang didukung Rusia sejak 2014 dan telah berjuang melawan proliferasi senjata illegal. Lebih dari 13 ribu orang telah tewas dalam pertempuran sejauh ini.
Polisi pada akhir 2017 menyerbu sebuah kantor pos di timur kota Kharkiv, tempat seorang pria bersenjata yang mengaku diikat dengan bahan peledak dan menyandera 11 orang.