Pejabat UE yang enggan menyebutkan namanya mengatakan kepada
Business Insider bahwa saat ini muncul kekhawatiran di Eropa bahwa Israel berusaha menyeret Washington dan Teheran ke dalam konflik sebelum pemilihan presiden AS pada November.
"Saya khawatir rencana Israel di sini adalah untuk memprovokasi tanggapan Iran yang dapat berubah menjadi eskalasi militer selama (Presiden Donald) Trump berada di kantor (menjabat)," ujarnya.
Lantaran menurutnya, Trump selama ini dikenal keras terhadap Iran. Pemerintahan Trump juga menerapkan kebijakan tekanan maksimum pada Iran.
Sedangkan saingannya, Joe Biden justru berada di arah yang berbeda. Biden yang merupakan mantan Wakil Presiden AS menjadi tokoh di balik perundingan nuklir JCPOA 2015 dengan Iran.
Biden selama ini juga mengkritik dan menyayangkan kebijakan Trump yang keluar dari perjanjian tersebut pada 2018. Ia pun memberikan isyarat bahwa AS akan kembali ke posisinya jika ia terpilih sebagai presiden.
"Akan ada lebih sedikit selera untuk petualangan dan misi rahasia untuk meledakan fasilitas nuklir di bawah pemerintahan Biden," katanya.
Adapun usaha provokasi Israel terlihat dalam beberapa pekan terakhir, di mana Iran mengalami serangkaian insiden di situs-situs sensitif yang terkait dengan program militer dan nuklirnya. Beberapa serangan tersebut telah dikaitkan dengan Israel.
Misalnya pada 15 Juli, terjadi kebakaran di galangan kapal di Bushehr. Kemudian pada 14 Juli, terjadi ledakan di pabrik aluminium di Lamerad. Lalu pada 2 Juli, terjadi serangan di fasilitas pengayaan uranium di Natanz.
Bulan lalu, pada 25 dan 30 Juni juga terjadi serangan di kompleks militer Parchin, pembangkit listrik di Shiraz, dan pusat kesehatan di Teheran.
Sebagian besar insiden tersebut dilaporkan karena adanya kebocoran gas dan kesalahan manusia. Namun pejabat Iran mengaku mereka mencurigai adanya sabotase.
Mengutip seorang pejabat intelijen Timur Tengah yang tidak disebutkan namanya,
New York Times pada 5 Juli mengatakan bahwa ledakan di Natanz dikarenakan bom yang ditanam Israel di sana. Namun, pejabat tersebut mengaku, tidak ada indikasi peran Israel sebelum serangan tersebut.
Selain itu, Israel juga dikatakan berada di belakang serangan siber yang sementara waktu mengganggu pelabuhan Shahid Rajaee Iran pada Mei.
Hingga saat ini, Israel belum secara terbuka menyangkal atau mengonfirmasi laporan yang menghubungkannya dengan insiden di Iran. Namun Menteri Luar Negeri Israel, Gabi Ashkenazi mengatakan pada 5 Juli bahwa Iran adalah "ancaman eksistensial" terhadap Israel.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: